PRAMOEDYA ANANTA TOER adalah buku. Buku yang seutuh-utuhnya buku. Karena ia buku yang besar, meluas, dan berwibawa, maka ia abadi: scripta manent verba volant (tulisan itu abadi, sementara lisan cepat berlalu bersama derai angin). Pram memang telah berangkat dengan kereta api pagi pada Ahad (30/4/2006, 08.55) tiga tahun yang lampau—dua hari setelah hari pergi penyair Chairil Anwar—di usia 81 tahun 84 hari. Tapi Pram sangat yakin bahwa ia akan abadi. Dan keyakinan itu sudah ia tuliskan dalam sebuah artefak utuh tanpa ragu di halaman 356 kuartet keempat Buru, Rumah Kaca:
“Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.”
Pram memang bukanlah buku yang biasa. Buku yang datang tergesa-gesa, cepat, dan setelah itu dilupakan orang. Pram juga bukan buku cengeng, picisan, dan penuh cekikikan. Sebab hidup Pram adalah hidup yang selalu sepi, sunyi, disiakan, sekaligus keras dan berjelaga. Nasib dan respons kehidupan yang tak memanjakan membawanya menjadi buku yang selalu tegak menantang cadas atau apa pun yang mengganggu otonomi tubuh dan pikiran dan ideologinya.
Bahkan kesadaran melawan yang berkobar itu tetap ia perlihatkan hingga ajalnya menjemput.
Dipetik dari tulisan Muhidin M Dahlan, PRAM: Buku yang tak Pernah Selesai Dibaca
Beberapa bulan lalu dalam tulisan pendek Kado Raksasa : Trilogi Lekra dan Kronik Seabad Kebangkitan Nasional, saya memberikan aspresiasi dan penghormatan tinggi kepada sekelompok anak muda penggila buku yang tergabung dalam I:Boekoe (Indonesia Buku).
Penggila disini bukanlah penggila dalam arti pasif, gila membaca buku, tetapi kegilaan disini bersifat aktif. Artinya gila membaca buku secara kritis sekaligus menulis buku. Yang menarik pula proyek penulisan I:Boekoe adalah dalam kategori penulisan buku-buku babon atau buku-buku yang bersifat ensiklopedik.
Saat itu saya mengangkat 2 serial buku (saya menyebutnya Kado Gila Kaum Muda Untuk Kebangkitan Nasional) yang pertama adalah Kronik Kebangkitan Indonesia. Buku ini adalah hasil kerja keras belasan anak muda berusia di bawah 25 tahun selama 1,5 tahun yang kini telah berbuah 21 buku dengan ketebalan 1.7 meter.
Sedangkan seri buku berikutnya adalah Trilogi Lekra Tidak Membakar Buku. Serial buku ini di tulis oleh 2 orang dari tim kerja Kronik Kebangkitan Nasional yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan. Mereka bekerja pararel untuk proyek buku Kronik Kebangkitan Nasional sekaligus untuk proyek mereka berdua.
Trilogi Lekra Tidak membakar Buku ini terdiri dari buku-buku Lekra Tak Membakar Buku : Suara Senyap Lembar kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Gugur Merah : Sehimpunan Puisi Harian Rakjat-Lekra dan Laporan dari Bawah : Sehimpunan Cerita Pendek Harian Rakjat –Lekra. Coba simak di dalam Lekra Tidak Membakar Buku kedua anak muda ini melakukan liputan menyeluruh yang diriset dari sekitar 15 ribu artikel kebudayaan yang terserak.
Selengkapnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar