RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Kamis, 02 April 2009

The London Summit : Negara Miskin Menjadi Lumbung Penyelamat

The London Summit : Sebuah Rencana Kejahatan



Kegagalan Pasar Bebas

Pertemuan negara-negara G-20 dalam The London Summit akan segera diselenggarakan pada tanggal 1 – 2 April 2009. Agenda pertemuan 8 pemimpin negara-negara maju dan 12 pemimpin negara berkembang tersebut berfokus pada upaya untuk memulihkan dan mengembalikan pertumbuhan ekonomi global khususnya negara-negara maju yang saat ini tengah mengalami keterpurukan yang hebat.

Di tengah kritik yang tajam atas kegagalan sistem ekonomi kapitalisme neoliberal saat ini, kelompok negara-negara G-8 masih menyatakan komitmennya pada prinsip-prinsip ekonomi pasar, perdagangan bebas, liberalsiasi keuangan dan open investment yang dianggap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan, dengan mengajak negara-negara berkembang untuk terlibat lebih intensip didalamnya. Selain juga nampak bahwa inisiatif untuk mereformasi Bretton Woods Institutions (IMF/Bank Dunia) yang berada dibawah komando negara-negara maju. Langkah reformasi tersebut ditujukan untuk memperkuat peran lembaga-lembaga keuangan internasional dalam rangka merestorasi sistem ekonomi pasar bebas yang tengah collaps. Mereka juga menolak praktek-praktek proteksionisme yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip pasar bebas.

Padahal kapitalisme neoliberal telah terbukti gagal, krisis keuangan yang melanda dunia saat ini yang disertai dengan skandal penipuan terbesar di pasar keuangan adalah krisis yang tidak tersebuhkan. Liberalsiasi sector keuangan dan penciptaan pasar keuangan derivative sebagai telah menyeret masyarakat dunia dalam jurang krisis yang dalam. Saat ini PDB dunia hanya sebesar USD 59 triliun, sementara nilai produk derivatif sudah mencapai US$ 531 triliun. Suatu keserakahan yang luar biasa besarnya dan telah berakhir dengan keruntuhan yang tidak terselamatkan, melainkan dengan eksploitasi dan ekspansi ekonomi yang setara besarnya.


selanjutnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/gerak-lawanthe-london-summit-sebuah.html

Tidak ada komentar: