Lebih jauh memperbincangkan ruang hidup, manusia dalam ruang dan waktu, kita dihadapkan pada dua pilihan. Apakah ruang hidup, ruang dan waktu yang kita jalani adalah ruang waktu yang bergegas dalam kontrol dan kendali modal, ruang waktu instumental untuk sekadar numpang ngombe (numpang minum/hidup) di dunia yang fana ini, pesona gaya hidup yang dekaden atau pola relasi transaksional, kasarnya ruang dan waktu yang memaksa kita menanggalkan kemanusia jadi onggokan angka statistik, binatang ekonomi atau mesin (produksi) ekonomi dan konsumen semata. Sapi perahan, domba korban ketamakan segelintir orang.
Menafsir Wastu - Aries B.M
Ataukah kita masuk menjalani, menghidupi dimensi ruang waktu yang lebih manusiawi dan juga transenden. Hidup berlawan atas penjara-penjara kesewenangan manusia lainnya. Bila yang kedua menjadi pilihan, maka marilah kita menjawab ajakan Aries B.M untuk menafsir wastu melalui puluhan karya-karya keramiknya dan kemudian menghidupinya.
Selengkapnya
Sabtu, 18 Juli 2009
Kembali ke Ekonomi Konstitusi : Ekonomi Kerakyatan Dalam Pengelolaan SDA
Dani Setiawan
Ketua Koalisi Anti Utang
Dari Diskusi Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM dan SHI)
Dalam putaran pemilu 2009, wacana ekonomi kerakyatan kembali muncul dalam tema kampanye yang diusung oleh partai politik maupun calon presiden. Tema ini sesungguhnya bukan hal baru dalam pentas politik nasional. Perjuangan untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kerakyatan telah dimulai oleh para pendiri bangsa (founding leaders) untuk mengganti sistem ekonomi kolonial di bawah penjajahan. Bahkan, lebih jauh adalah memastikan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi kerakyatan dalam kehidupan berbangsa pasca kemerdekaan. Hingga saat ini, keyakinan akan terwujudnya sistem ekonomi nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian tetap menjadi cita-cita dan tujuan jangka panjang dari penerapan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan. Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945.
selengkapnya
Ketua Koalisi Anti Utang
Dari Diskusi Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM dan SHI)
Dalam putaran pemilu 2009, wacana ekonomi kerakyatan kembali muncul dalam tema kampanye yang diusung oleh partai politik maupun calon presiden. Tema ini sesungguhnya bukan hal baru dalam pentas politik nasional. Perjuangan untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kerakyatan telah dimulai oleh para pendiri bangsa (founding leaders) untuk mengganti sistem ekonomi kolonial di bawah penjajahan. Bahkan, lebih jauh adalah memastikan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi kerakyatan dalam kehidupan berbangsa pasca kemerdekaan. Hingga saat ini, keyakinan akan terwujudnya sistem ekonomi nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian tetap menjadi cita-cita dan tujuan jangka panjang dari penerapan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan. Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945.
selengkapnya
Label:
ekonomi kerakyatan,
Ekonomi konstitusi
Karya Grafis Sebagai Media Perlawanan Melawan Rezim Orde Baru
Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya,
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”
-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
Mengingat masa lalu adalah suatu proses yang penting bagi masa kini, demikian disebutkan Atnike Nova Sigiro (Ketua Panitia Pameran Media Kampanye Masyarakat Sipil Tentang Pelanggaran HAM Masa Lalu : Grafis Melawan Lupa) dalam pengantar pamerannya. Atnike mengutip Edward W. Said : ”Berpaling ke masa lalu merupakan salah satu strategi untuk menafsirkan masa kini. Yang menggerakan sikap itu bukan hanya ketidaksetujuan tentang apa yang terjadi di masa lalu dan seperti apa masa lalu itu, melainkan ketidakpastian tentang apakah masa lalu itu benar-benar telah selesai, dan ditutup, apakah ia masih berlnjut meskipun dalam bentuk-bentuk yang berbeda”.
Lebih lanjut Atnike menulis bahwa kecenderungan berpikir a-historis menyebabkan kita ’lupa’. Lupa disini berarti bahwa kita cenderung lebih mudah menyalahkan situasi saat ini dan melihat situasi di masa lalu seolah-olah lebih nyaman.
selengkapnya
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”
-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
Mengingat masa lalu adalah suatu proses yang penting bagi masa kini, demikian disebutkan Atnike Nova Sigiro (Ketua Panitia Pameran Media Kampanye Masyarakat Sipil Tentang Pelanggaran HAM Masa Lalu : Grafis Melawan Lupa) dalam pengantar pamerannya. Atnike mengutip Edward W. Said : ”Berpaling ke masa lalu merupakan salah satu strategi untuk menafsirkan masa kini. Yang menggerakan sikap itu bukan hanya ketidaksetujuan tentang apa yang terjadi di masa lalu dan seperti apa masa lalu itu, melainkan ketidakpastian tentang apakah masa lalu itu benar-benar telah selesai, dan ditutup, apakah ia masih berlnjut meskipun dalam bentuk-bentuk yang berbeda”.
Lebih lanjut Atnike menulis bahwa kecenderungan berpikir a-historis menyebabkan kita ’lupa’. Lupa disini berarti bahwa kita cenderung lebih mudah menyalahkan situasi saat ini dan melihat situasi di masa lalu seolah-olah lebih nyaman.
selengkapnya
E-Book Kampanye Kesadaran Lingkungan Hidup dan Kebhinekaan
Keberlanjutan-Keberagaman : Si Maskot Kodok Ijo & Kura-kura Sukowati
Terenyumlah! Keep Smiling!
Satu : Si Maskot Kodok Ijo
Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan yang dampaknya sangat nyata terhadap kodok jelas terlihat pada turunnya populasi disertai turunnya keragaman jenis. Pada saat ini ada lebih dari 6.000 jenis amfibi di dunia.
Dari 6.000 jenis, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Hasilnya, 1.893 dalam status terancam dan menuju kepunahan. Ancaman utama yang dihadapi kodok saat ini adalah hilangnya habitat (tempat hidup yang sesuai), polusi, pemanfaatan, dan penyakit.
(Sumber Kepunahan Fauna : Kodok yang Serba Rentan - Hellen Kurniati, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Kompas 17 Desember 2008)
silah simak
Kampanye Go Green Si Kodok Ijo
Dua : Si Maskot Kura-kura Sukowati
Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja. Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut, hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah mendarat di mulut orang dan binatang dan mereka pun memakannya sampai segala sesuatu di dalam diri mereka berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia. Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa melempar-lempar warna......
(riwayat warna – subcomandante marcos)
Silah simak
Kampanye Keberagaman Si Kura-kura Pasar Sukowati
Baca juga
Si Maskot Perjalanan Cahaya
Si Maskot Trivia
Si Maskot Yoyo dan Gasing
Si Maskot Bunga
Si Maskot Perahu Bajo
Terenyumlah! Keep Smiling!
Satu : Si Maskot Kodok Ijo
Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan yang dampaknya sangat nyata terhadap kodok jelas terlihat pada turunnya populasi disertai turunnya keragaman jenis. Pada saat ini ada lebih dari 6.000 jenis amfibi di dunia.
Dari 6.000 jenis, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Hasilnya, 1.893 dalam status terancam dan menuju kepunahan. Ancaman utama yang dihadapi kodok saat ini adalah hilangnya habitat (tempat hidup yang sesuai), polusi, pemanfaatan, dan penyakit.
(Sumber Kepunahan Fauna : Kodok yang Serba Rentan - Hellen Kurniati, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Kompas 17 Desember 2008)
silah simak
Kampanye Go Green Si Kodok Ijo
Dua : Si Maskot Kura-kura Sukowati
Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja. Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut, hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah mendarat di mulut orang dan binatang dan mereka pun memakannya sampai segala sesuatu di dalam diri mereka berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia. Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa melempar-lempar warna......
(riwayat warna – subcomandante marcos)
Silah simak
Kampanye Keberagaman Si Kura-kura Pasar Sukowati
Baca juga
Si Maskot Perjalanan Cahaya
Si Maskot Trivia
Si Maskot Yoyo dan Gasing
Si Maskot Bunga
Si Maskot Perahu Bajo
Langganan:
Postingan (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat