RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Sabtu, 15 Agustus 2009

Quo Vadis Kemerdekaan RI : Adakah Negara Di Wilayah Perbatasan Indonesia?

NASIONALISME : DI TAPAL BATAS atau DI SIMPANG JALAN
Campur Sari : Nasionalisme Di Tapal Batas, A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism, Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa


Dalam rangka menyambut Hari Peringatan Kemerdekaan ke-64 Harian Kompas akan menurunkan laporan khusus (dari tanggal 10-21 Agustus 2009) tentang semangat nasionalisme dan bagaimana bangsa ini menggulati makna kemerdekaan. Kompas memilih tema “Nasionalisme di Tapal Batas” karena masalah nasionalisme semakin kritis. Kompas menilai dalam konteks wilayah-wilayah perbatasan, kekritisan masalahnya semakin terasa. Demikian pula dalam perspektif politik nasional dan konstelasi politik regional, masalah pun kian kompleks.

Nasionalisme di Tapal Batas

Untuk laporan khusus ini Kompas memilih satu petikan tulisan Sutan Sjahrir dalam Renungan Indonesia 1934 sebagai prolog laporan Nasionalisme di Tapal Batas sbb :

Oleh karena itu, kita pun harus lebih kuat daripada yang sudah-sudah jika kita hendak mengerjakan tugas kita dan menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh memboroskan waktu dan engergi kepada kesulitan-kesulitan pribadi, bahkan tidak kepada kesedihan pribadi kita, maka kita pun akan bisa menghilangkan diri kita ke dalamnya. Begitu banyak hal yang masih gelap yang sekali sudah menjadi terang, mungkin akan membuka perspektif-perspektif baru yang tidak terbatas.

Perjalanan Nasionalisme Di Tapal Batas ini akan melalui rute yang berawal pada Menerawang Aceh dari Sawang; Siberut Si Cantik yang Terabaikan; Kepulauan Riau : Tak Indonesia Hilang di Hati; Perca di Kalimantan Barat; Keseriusan Masalah di Kalimantan Timur; Perbatasan Miangas dan Marore; Maluku, Menguggah Ke Indonesiaan di Bibir Pasifik; Perbatasan NTT-Timor Leste; Geliat Pendidikan di Tengah Keterbatasan dan kemudian ditutup dengan Dua Stigma tentang Papua.

FOKUS KOMPAS : KEINDONESIAN
Masih Indonesiakah Mereka? ;WILAYAH PERBATASAN Melihat Indonesia yang (Kian) Asing; REALITAS PERBATASAN Indonesia yang Jauh; MASYARAKAT KEPULAUAN. Mereka Makin Teralienasi; PERBATASAN Perlu Pemahaman Transnasional; Di Bawah Dua Bangsa Penjajah

Saat membaca promosi laporan khusus Kompas ini, saya segera meledak dengan antusiasme atau minat yang meluap, walau sesunguhnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Walaupun alur perjalanan laporan ini tetap akan saya baca dengan penuh minat, saya mencerap Nasionalisme di Tapal Batas (yang sebenarnya datar dan netral ini) lebih sebagai padanan sebuah sikap menggugat yang tegas. Nasionalisme di Simpang Jalan!

Tapal Batas ini bagi saya adalah simpang jalan atau narasi Nasionalisme yang ’Membunuh’ atau Nasionalisme Yang Merawat Kebhinekaan, Mitos Nasionalisme atau Kenyataan Nasionalisme, Nasionalisme Right or Wrong is My Country atau Right is Right, Wrong is Wrong, That’s All dstnya.

A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism

Ini kemudian mengingatkan saya pada Andreas Harsono yang saat ini sedang menyiapkan buku A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism yang menurut duga saya akan tanpa ampun menggugat pemaknaan dan praktek nasionalisme ’brutal’ yang sempat beranak pinak di negeri ini.

Sembari menyiapkan bukunya Andreas Harsono menulis catatan-catatan dari perjalanannya untuk menulis buku. Dengan membaca sebagaian tulisan-tulisan pendeknya di bawah ini kita bisa makin jelas menangkap sikap kritisnya (dan bahkan menurut saya ”keras tanpa ampun”).

Simak saja beberapa tulisannya seperti Murder at Mile 63, Precisely, 86 locations in three years, Biak, Militer dan Melanesia, Semuel Waileruny- Pemimpin Forum Kedaulatan Maluku di Ambon, Pramoedya, fascism and his last interview, Protes "Indopahit" Lewat Kaos Anarkis, Tahun Kelahiran Hasan di Tiro; Miangas, Nationalism and Isolation; hingga Republik Indonesia Kilometer Nol (pernah di muat Pantau desember 2003)

Kebangsaan Indonesia dan kebangsaan Aceh dalam peperangan di ujung Pulau Sumatra adalah jendela artikel dalam tulisannya Republik Indonesia Kilometer Nol. Anda juga bisa membaca dengan cermat satu tulisannya (menurut saya ini tulisan luar biasa) ”Hoakiao dari Jember” untuk memahami latar belakang, posisinya, penyikapan dan pemihakannya. (baca juga Ramalan Akan Dibunuh)

selengkapnya

berikut link-link laporan khusus Kompas "Nasionalisme di Tapal Batas" dan link-link artikel Andreas Harsono

Tidak ada komentar: