Senin, 28 Desember 2009
Senin, 09 November 2009
Kumpulan Artikel/Opini Tentang Pemberantasan Korupsi
Cicak-cicak Bersatulah! Perkuat Amunisi Untuk Lawan Godzilla
silah kunjung untuk kompilasi lin-link artikel-opini di media massa nasional dibawah ini
Mega Skandal, Persekongkolan Bedebah dan Gerbang Pemakzulan!!!
Kehilangan Indonesia, Timbul Bencana – Yudi Latif ; Ganyang Mafia? – H Herlambang Perdana ; Polri dan Masalah Kredibilitas – Gambar Wulan; Merindukan Kepahlawanan(?) – Garin Nugroho; Bila Politik Sudah Masuk ke Ranah Hukum – Ikrar Nusa Bhakti ; Saatnya Buaya Telan Reformasi? - Ihsan Ali-Fauzi; Bibit-Vhandra Bergulir Terus - Satjipto Rahardjo DPR Mengoyak Nurani Rakyat - Tamrin Amal Tomagola; Hancurnya Etika Publik - Gadis Arivia; Senja Kala Pemberantasan Korupsi? - Saldi Isra; Anggodo dan Retorika Ganyang Mafia Hukum - Laode Ida; Elegi Pemberantasan Korupsi - Achmad M Akung; TAJUK RENCANA KOMPAS : Bangkitnya Dunia Maya; Kriminalisasi Kewenangan - Bambang Widjojanto; Kriminalisasi, Kontroversi Dasar Pembenarannya - Soetandyo Wignjosoebroto; EDITORIAL MI - Ganyang Mafia Ganyang Kemunafikan; Para Pembangkang Mayantara - Ignatius Haryanto; Mencegah Pelemahan dan Pembubaran KPK - Roby Arya Brata;Pahlawan Hukum - Yonky Karman; Gempa Politik - Jaya Suprana; KOLOM POLITIK-EKONOMI "Tak Gendong ke Mana-mana" - Budiarto Shambazy; Uang dan Kekuasaan - Jakob Sumardjo; EDITORIAL MI - Pentas Wajah tidak Bersalah; Ruang Publik Komunitas Virtual - Gun Gun Heryanto; Menakar People Power - Prof Bachtiar Aly; Reality Show Penegakan Hukum - Adnan Topan Husodo; TAJUK RENCANA Kompas - Nurani Rakyat Via Media/Menindak Mafia Peradilan; EDITORIAL TEMPO - Kerisauan Tim Delapan; EDITORIAL MI - Hati Publik yang Terluka; Selama Korupsi Ada, Jangan Harap Ada Negara - Makmur Keliat; Parlemen "Online" - Jaleswari Pramodhawardani; Eddy OS Hiariej: Babak Baru Polri-Kejaksaan Agung vs KPK; Rekaman Hukum Indonesia- Satjipto Rahardjo; Ironi Kriminal : Emmanuel Subangun; TAJUK RENCANA KOMPAS : Menguji Komitmen Kita; EDITORIAL MI - Mahkamah Konstitusi yang Memukau; Socrates dan Mafioso Hukum - Bernard L Tanya; Tahan! Mana Tahan?- Ikrar Nusa Bhakti; Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat - Heru Sutadi; Kekeliruan Adab Kita- Radhar Panca Dahana; Karakter ”Buaya “ - Rhenal Kasali; Moralitas dan Keadilan Publik - Benny Susetyo; Parade Kebusukan : Febri Diansyah ; TAJUK RENCANA KOMPAS : Skandal Penegakan Hukum!; Hantu-hantu Kebenaran - Yasraf Amir Piliang; Nurani Lawan Keangkuhan - Ahmad Syafii Maarif ; Jika Buaya Pilek...- Mohamad Sobary; Dependensi Tim Independen - Zainal Arifin Mochtar; EDITORIAL TEMPO- Bersihkan Polisi dan Jaksa; Media di Balik Tabir Asap Kisruh KPK - Arya Gunawan; Kompetisi Pemberantasan Korupsi - Prof Hendrawan Supratikno, PhD; EDITORIAL MI- Tekanan Melalui `Facebook'; Gerbang menuju Pemakzulan? - Saldi Isra; Ihwal Independensi TPF KPK-Polri _Hendardi; Kasus Bank Century, Cicak dan Buaya Dikadali Kancil - ARIEF TURATNO; Sudah Saatnya Polisi Masuk ke Dalam Depdagri - ARIEF TURATNO; Cicak Vs Buaya di Puncak Gunung Es Century - EFFENDI GAZALI Din; Kriminalisasi - Eep Saefulloh Fatah; "Kekerasan" dalam Penegakan Hukum - Bambang Widjojanto; Pengadilan Opini Publik - Susanto Pudjomartono; Nurani Publik Terusik - Sarlito Wirawan Sarwono; ANALISIS POLITIK . Miris - J KRISTIADI; TAJUK RENCANA KOMPAS - Dukungan dari Jagat Maya; Perlunya Penyelesaian secara Independen - Zainal Arifin Mochtar ; Polisi dan Pengekangan Publik Mendapatkan Informasi – Teguh Usis; Lingkaran Kebohongan Para Koruptor - Saratri Wilonoyudho; Citra dan Arogansi Penguasa Serta Penegak Hukum - Bambang Widjojanto; Bukan Kasus Biasa - TJIPTA LESMANA; Menakar Syarat Penahanan - Eddy O S Hiariej ; Bersatu Mengganyang Korupsi - Widodo Dwi Putro; Cicak-cicak Bersatulah! - Teten Masduki
silah kunjung untuk kompilasi lin-link artikel-opini di media massa nasional dibawah ini
Mega Skandal, Persekongkolan Bedebah dan Gerbang Pemakzulan!!!
Kehilangan Indonesia, Timbul Bencana – Yudi Latif ; Ganyang Mafia? – H Herlambang Perdana ; Polri dan Masalah Kredibilitas – Gambar Wulan; Merindukan Kepahlawanan(?) – Garin Nugroho; Bila Politik Sudah Masuk ke Ranah Hukum – Ikrar Nusa Bhakti ; Saatnya Buaya Telan Reformasi? - Ihsan Ali-Fauzi; Bibit-Vhandra Bergulir Terus - Satjipto Rahardjo DPR Mengoyak Nurani Rakyat - Tamrin Amal Tomagola; Hancurnya Etika Publik - Gadis Arivia; Senja Kala Pemberantasan Korupsi? - Saldi Isra; Anggodo dan Retorika Ganyang Mafia Hukum - Laode Ida; Elegi Pemberantasan Korupsi - Achmad M Akung; TAJUK RENCANA KOMPAS : Bangkitnya Dunia Maya; Kriminalisasi Kewenangan - Bambang Widjojanto; Kriminalisasi, Kontroversi Dasar Pembenarannya - Soetandyo Wignjosoebroto; EDITORIAL MI - Ganyang Mafia Ganyang Kemunafikan; Para Pembangkang Mayantara - Ignatius Haryanto; Mencegah Pelemahan dan Pembubaran KPK - Roby Arya Brata;Pahlawan Hukum - Yonky Karman; Gempa Politik - Jaya Suprana; KOLOM POLITIK-EKONOMI "Tak Gendong ke Mana-mana" - Budiarto Shambazy; Uang dan Kekuasaan - Jakob Sumardjo; EDITORIAL MI - Pentas Wajah tidak Bersalah; Ruang Publik Komunitas Virtual - Gun Gun Heryanto; Menakar People Power - Prof Bachtiar Aly; Reality Show Penegakan Hukum - Adnan Topan Husodo; TAJUK RENCANA Kompas - Nurani Rakyat Via Media/Menindak Mafia Peradilan; EDITORIAL TEMPO - Kerisauan Tim Delapan; EDITORIAL MI - Hati Publik yang Terluka; Selama Korupsi Ada, Jangan Harap Ada Negara - Makmur Keliat; Parlemen "Online" - Jaleswari Pramodhawardani; Eddy OS Hiariej: Babak Baru Polri-Kejaksaan Agung vs KPK; Rekaman Hukum Indonesia- Satjipto Rahardjo; Ironi Kriminal : Emmanuel Subangun; TAJUK RENCANA KOMPAS : Menguji Komitmen Kita; EDITORIAL MI - Mahkamah Konstitusi yang Memukau; Socrates dan Mafioso Hukum - Bernard L Tanya; Tahan! Mana Tahan?- Ikrar Nusa Bhakti; Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat - Heru Sutadi; Kekeliruan Adab Kita- Radhar Panca Dahana; Karakter ”Buaya “ - Rhenal Kasali; Moralitas dan Keadilan Publik - Benny Susetyo; Parade Kebusukan : Febri Diansyah ; TAJUK RENCANA KOMPAS : Skandal Penegakan Hukum!; Hantu-hantu Kebenaran - Yasraf Amir Piliang; Nurani Lawan Keangkuhan - Ahmad Syafii Maarif ; Jika Buaya Pilek...- Mohamad Sobary; Dependensi Tim Independen - Zainal Arifin Mochtar; EDITORIAL TEMPO- Bersihkan Polisi dan Jaksa; Media di Balik Tabir Asap Kisruh KPK - Arya Gunawan; Kompetisi Pemberantasan Korupsi - Prof Hendrawan Supratikno, PhD; EDITORIAL MI- Tekanan Melalui `Facebook'; Gerbang menuju Pemakzulan? - Saldi Isra; Ihwal Independensi TPF KPK-Polri _Hendardi; Kasus Bank Century, Cicak dan Buaya Dikadali Kancil - ARIEF TURATNO; Sudah Saatnya Polisi Masuk ke Dalam Depdagri - ARIEF TURATNO; Cicak Vs Buaya di Puncak Gunung Es Century - EFFENDI GAZALI Din; Kriminalisasi - Eep Saefulloh Fatah; "Kekerasan" dalam Penegakan Hukum - Bambang Widjojanto; Pengadilan Opini Publik - Susanto Pudjomartono; Nurani Publik Terusik - Sarlito Wirawan Sarwono; ANALISIS POLITIK . Miris - J KRISTIADI; TAJUK RENCANA KOMPAS - Dukungan dari Jagat Maya; Perlunya Penyelesaian secara Independen - Zainal Arifin Mochtar ; Polisi dan Pengekangan Publik Mendapatkan Informasi – Teguh Usis; Lingkaran Kebohongan Para Koruptor - Saratri Wilonoyudho; Citra dan Arogansi Penguasa Serta Penegak Hukum - Bambang Widjojanto; Bukan Kasus Biasa - TJIPTA LESMANA; Menakar Syarat Penahanan - Eddy O S Hiariej ; Bersatu Mengganyang Korupsi - Widodo Dwi Putro; Cicak-cicak Bersatulah! - Teten Masduki
Label:
ekonomi-politik,
korupsi,
mafia hukum
Kumpulan Artikel/Opini Tentang Mafia Peradilan
Cicak-cicak Bersatulah! Perkuat Amunisi Untuk Lawan Godzilla
silah kunjung untuk kompilasi lin-link artikel-opini di media massa nasional dibawah ini
Mega Skandal, Persekongkolan Bedebah dan Gerbang Pemakzulan!!!
Kehilangan Indonesia, Timbul Bencana – Yudi Latif ; Ganyang Mafia? – H Herlambang Perdana ; Polri dan Masalah Kredibilitas – Gambar Wulan; Merindukan Kepahlawanan(?) – Garin Nugroho; Bila Politik Sudah Masuk ke Ranah Hukum – Ikrar Nusa Bhakti ; Saatnya Buaya Telan Reformasi? - Ihsan Ali-Fauzi; Bibit-Vhandra Bergulir Terus - Satjipto Rahardjo DPR Mengoyak Nurani Rakyat - Tamrin Amal Tomagola; Hancurnya Etika Publik - Gadis Arivia; Senja Kala Pemberantasan Korupsi? - Saldi Isra; Anggodo dan Retorika Ganyang Mafia Hukum - Laode Ida; Elegi Pemberantasan Korupsi - Achmad M Akung; TAJUK RENCANA KOMPAS : Bangkitnya Dunia Maya; Kriminalisasi Kewenangan - Bambang Widjojanto; Kriminalisasi, Kontroversi Dasar Pembenarannya - Soetandyo Wignjosoebroto; EDITORIAL MI - Ganyang Mafia Ganyang Kemunafikan; Para Pembangkang Mayantara - Ignatius Haryanto; Mencegah Pelemahan dan Pembubaran KPK - Roby Arya Brata;Pahlawan Hukum - Yonky Karman; Gempa Politik - Jaya Suprana; KOLOM POLITIK-EKONOMI "Tak Gendong ke Mana-mana" - Budiarto Shambazy; Uang dan Kekuasaan - Jakob Sumardjo; EDITORIAL MI - Pentas Wajah tidak Bersalah; Ruang Publik Komunitas Virtual - Gun Gun Heryanto; Menakar People Power - Prof Bachtiar Aly; Reality Show Penegakan Hukum - Adnan Topan Husodo; TAJUK RENCANA Kompas - Nurani Rakyat Via Media/Menindak Mafia Peradilan; EDITORIAL TEMPO - Kerisauan Tim Delapan; EDITORIAL MI - Hati Publik yang Terluka; Selama Korupsi Ada, Jangan Harap Ada Negara - Makmur Keliat; Parlemen "Online" - Jaleswari Pramodhawardani; Eddy OS Hiariej: Babak Baru Polri-Kejaksaan Agung vs KPK; Rekaman Hukum Indonesia- Satjipto Rahardjo; Ironi Kriminal : Emmanuel Subangun; TAJUK RENCANA KOMPAS : Menguji Komitmen Kita; EDITORIAL MI - Mahkamah Konstitusi yang Memukau; Socrates dan Mafioso Hukum - Bernard L Tanya; Tahan! Mana Tahan?- Ikrar Nusa Bhakti; Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat - Heru Sutadi; Kekeliruan Adab Kita- Radhar Panca Dahana; Karakter ”Buaya “ - Rhenal Kasali; Moralitas dan Keadilan Publik - Benny Susetyo; Parade Kebusukan : Febri Diansyah ; TAJUK RENCANA KOMPAS : Skandal Penegakan Hukum!; Hantu-hantu Kebenaran - Yasraf Amir Piliang; Nurani Lawan Keangkuhan - Ahmad Syafii Maarif ; Jika Buaya Pilek...- Mohamad Sobary; Dependensi Tim Independen - Zainal Arifin Mochtar; EDITORIAL TEMPO- Bersihkan Polisi dan Jaksa; Media di Balik Tabir Asap Kisruh KPK - Arya Gunawan; Kompetisi Pemberantasan Korupsi - Prof Hendrawan Supratikno, PhD; EDITORIAL MI- Tekanan Melalui `Facebook'; Gerbang menuju Pemakzulan? - Saldi Isra; Ihwal Independensi TPF KPK-Polri _Hendardi; Kasus Bank Century, Cicak dan Buaya Dikadali Kancil - ARIEF TURATNO; Sudah Saatnya Polisi Masuk ke Dalam Depdagri - ARIEF TURATNO; Cicak Vs Buaya di Puncak Gunung Es Century - EFFENDI GAZALI Din; Kriminalisasi - Eep Saefulloh Fatah; "Kekerasan" dalam Penegakan Hukum - Bambang Widjojanto; Pengadilan Opini Publik - Susanto Pudjomartono; Nurani Publik Terusik - Sarlito Wirawan Sarwono; ANALISIS POLITIK . Miris - J KRISTIADI; TAJUK RENCANA KOMPAS - Dukungan dari Jagat Maya; Perlunya Penyelesaian secara Independen - Zainal Arifin Mochtar ; Polisi dan Pengekangan Publik Mendapatkan Informasi – Teguh Usis; Lingkaran Kebohongan Para Koruptor - Saratri Wilonoyudho; Citra dan Arogansi Penguasa Serta Penegak Hukum - Bambang Widjojanto; Bukan Kasus Biasa - TJIPTA LESMANA; Menakar Syarat Penahanan - Eddy O S Hiariej ; Bersatu Mengganyang Korupsi - Widodo Dwi Putro; Cicak-cicak Bersatulah! - Teten Masduki
silah kunjung untuk kompilasi lin-link artikel-opini di media massa nasional dibawah ini
Mega Skandal, Persekongkolan Bedebah dan Gerbang Pemakzulan!!!
Kehilangan Indonesia, Timbul Bencana – Yudi Latif ; Ganyang Mafia? – H Herlambang Perdana ; Polri dan Masalah Kredibilitas – Gambar Wulan; Merindukan Kepahlawanan(?) – Garin Nugroho; Bila Politik Sudah Masuk ke Ranah Hukum – Ikrar Nusa Bhakti ; Saatnya Buaya Telan Reformasi? - Ihsan Ali-Fauzi; Bibit-Vhandra Bergulir Terus - Satjipto Rahardjo DPR Mengoyak Nurani Rakyat - Tamrin Amal Tomagola; Hancurnya Etika Publik - Gadis Arivia; Senja Kala Pemberantasan Korupsi? - Saldi Isra; Anggodo dan Retorika Ganyang Mafia Hukum - Laode Ida; Elegi Pemberantasan Korupsi - Achmad M Akung; TAJUK RENCANA KOMPAS : Bangkitnya Dunia Maya; Kriminalisasi Kewenangan - Bambang Widjojanto; Kriminalisasi, Kontroversi Dasar Pembenarannya - Soetandyo Wignjosoebroto; EDITORIAL MI - Ganyang Mafia Ganyang Kemunafikan; Para Pembangkang Mayantara - Ignatius Haryanto; Mencegah Pelemahan dan Pembubaran KPK - Roby Arya Brata;Pahlawan Hukum - Yonky Karman; Gempa Politik - Jaya Suprana; KOLOM POLITIK-EKONOMI "Tak Gendong ke Mana-mana" - Budiarto Shambazy; Uang dan Kekuasaan - Jakob Sumardjo; EDITORIAL MI - Pentas Wajah tidak Bersalah; Ruang Publik Komunitas Virtual - Gun Gun Heryanto; Menakar People Power - Prof Bachtiar Aly; Reality Show Penegakan Hukum - Adnan Topan Husodo; TAJUK RENCANA Kompas - Nurani Rakyat Via Media/Menindak Mafia Peradilan; EDITORIAL TEMPO - Kerisauan Tim Delapan; EDITORIAL MI - Hati Publik yang Terluka; Selama Korupsi Ada, Jangan Harap Ada Negara - Makmur Keliat; Parlemen "Online" - Jaleswari Pramodhawardani; Eddy OS Hiariej: Babak Baru Polri-Kejaksaan Agung vs KPK; Rekaman Hukum Indonesia- Satjipto Rahardjo; Ironi Kriminal : Emmanuel Subangun; TAJUK RENCANA KOMPAS : Menguji Komitmen Kita; EDITORIAL MI - Mahkamah Konstitusi yang Memukau; Socrates dan Mafioso Hukum - Bernard L Tanya; Tahan! Mana Tahan?- Ikrar Nusa Bhakti; Jejaring Sosial dan Kekuatan Rakyat - Heru Sutadi; Kekeliruan Adab Kita- Radhar Panca Dahana; Karakter ”Buaya “ - Rhenal Kasali; Moralitas dan Keadilan Publik - Benny Susetyo; Parade Kebusukan : Febri Diansyah ; TAJUK RENCANA KOMPAS : Skandal Penegakan Hukum!; Hantu-hantu Kebenaran - Yasraf Amir Piliang; Nurani Lawan Keangkuhan - Ahmad Syafii Maarif ; Jika Buaya Pilek...- Mohamad Sobary; Dependensi Tim Independen - Zainal Arifin Mochtar; EDITORIAL TEMPO- Bersihkan Polisi dan Jaksa; Media di Balik Tabir Asap Kisruh KPK - Arya Gunawan; Kompetisi Pemberantasan Korupsi - Prof Hendrawan Supratikno, PhD; EDITORIAL MI- Tekanan Melalui `Facebook'; Gerbang menuju Pemakzulan? - Saldi Isra; Ihwal Independensi TPF KPK-Polri _Hendardi; Kasus Bank Century, Cicak dan Buaya Dikadali Kancil - ARIEF TURATNO; Sudah Saatnya Polisi Masuk ke Dalam Depdagri - ARIEF TURATNO; Cicak Vs Buaya di Puncak Gunung Es Century - EFFENDI GAZALI Din; Kriminalisasi - Eep Saefulloh Fatah; "Kekerasan" dalam Penegakan Hukum - Bambang Widjojanto; Pengadilan Opini Publik - Susanto Pudjomartono; Nurani Publik Terusik - Sarlito Wirawan Sarwono; ANALISIS POLITIK . Miris - J KRISTIADI; TAJUK RENCANA KOMPAS - Dukungan dari Jagat Maya; Perlunya Penyelesaian secara Independen - Zainal Arifin Mochtar ; Polisi dan Pengekangan Publik Mendapatkan Informasi – Teguh Usis; Lingkaran Kebohongan Para Koruptor - Saratri Wilonoyudho; Citra dan Arogansi Penguasa Serta Penegak Hukum - Bambang Widjojanto; Bukan Kasus Biasa - TJIPTA LESMANA; Menakar Syarat Penahanan - Eddy O S Hiariej ; Bersatu Mengganyang Korupsi - Widodo Dwi Putro; Cicak-cicak Bersatulah! - Teten Masduki
Label:
Bantuan Hukum,
korupsi,
mafia peradilan
Senin, 02 November 2009
Gerakan Anti Korupsi : Reformasi atau Transformasi?
Cicak-cicak Bersatulah dan/atau Tikus-tikus Bersatulah
Reformasi atau Transformasi?
SBY Kecewa National Summit ‘Dikalahkan” KPK, begitu judul berita di VIVAnews. Saya Juga Kecewa Pak SBY (dengan alasan berbeda) karena National Summit adalah ajang legitimasi politik rencana membuka pintu penghisapan sistematik paling kolosal sejak Republik didirikan. Ini SKANDAL TERBESAR TAHUN INI!
Dalam salah satu orasi oleh wakil organisasi pendukung aksi mendukung KPK kemarin (2 Nopember 2009) di Depan Istana, diteriakkan bahwa korupsilah yang menyebabkan rakyat miskin.
Tidak ada keberatan tapi jangan dilupakan bahwa sumber utama kemiskinan rakyat adalah penghisapan dan penjajahan sistimatis oleh kuasa modal atas negeri yang kaya-raya ini. Tikus Mati di Lumbung Padi!. Inilah persoalan terbesar di negeri ini.
Pemberantasan Korupsi Harus Didukung, Penghisapan dan Penjajahan Baru (serta Antek-anteknya) Harus Dilawan. Mas Teten Masduki menulis “Cicak-cicak Bersatulah”, saya menulis “Tikus-Tikus Bersatulah”.
Bila dukungan terhadap Bibit dan Chandra, KPK, Gerakan Lawan Korupsi di facebook (sebagai salah satu contoh perlawanan) dengan cepat membesar dan beranak pinak, kenapa soal perlawanan atas penghisapan dan penjajahan negeri dari ujung mouse tidak kunjung menjadi masif dan beranak pinak?
Adakah ini soal jarak dan senjang antara gerakan reformis dan gerakan radikal/revolusioner/transformatif? Gerakan perubahan sosial tanpa perombakan struktur dan sistim sosial, dengan gerakan perubahan sosial dengan perombakan struktur dan sistim sosial? Lepas dari itu bagi saya gerakan melawan buaya dan godzilla ini adalah momentum untuk sampai kepada kesadaran gerakan yang trasformatif atau revolusioner. Atau gerakan tetap berhenti pada wataknya yang reformis.
Skandal National Summit Dan Rakyat Yang Selalu Terjepit
Obral Paling Kolosal Sejak Republik Berdiri
Siaran Pers Bersama, 30 Oktober 2009
WALHI, KIARA, JATAM, ICEL, KAU, Institute Hijau Indonesia, Reform Institute, LIMA
(tertanda : Hendri Saparini, Teguh Surya, Riza Damanik, Siti Maimunah, Chalid Muhammad, Yudi Latif, Ray Rangkuti, Dani Setiawan, Rino Subagio)
National Summit, yang diselenggarakan sebagai ajang bagi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua mendengarkan keluh-kesah para kuasa modal domestik dan asing, sungguh merupakan skandal terbesar tahun ini. Summit yang berlangsung pada 29-31 Oktober 2009, telah menempatkan ihwal keselamatan Rakyat diposisi terendah dibanding hasrat untuk melayani kepentingan modal oleh rezim SBY-Boediono. Bahkan secara nyata National Summit menjadi ajang pemberian dukungan politik dan hukum secara penuh dari kekuasaan terhadap sebuah rencana sistematik paling kolosal sejak Republik Indonesia didirikan untuk membuka seluas-luasnya pasar obral tanah, kekayaan alam dan buruh.
Lebih dari empat dekade rejim pengerukan dan pengurasan bahan tambang, minyak dan gas, hutan dan perkebunan, kelautan dan perikanan, secara blak-blakan mamamerkan tanpa rasa malu ketergantungan Indonesia pada kekuatan ekonomi negara asing, lembaga-lembaga keuangan internasional, serta kekuatan korporasi multinasional dan transnasional. Tanah tergerus, kekayaan alam menyusut, pemiskinan terus berlanjut, dampak bencana semakin menghebat dan Indonesia pun menjadi salahsatu negara penghutang terbesar di dunia.
Selengkapnya
Reformasi atau Transformasi?
SBY Kecewa National Summit ‘Dikalahkan” KPK, begitu judul berita di VIVAnews. Saya Juga Kecewa Pak SBY (dengan alasan berbeda) karena National Summit adalah ajang legitimasi politik rencana membuka pintu penghisapan sistematik paling kolosal sejak Republik didirikan. Ini SKANDAL TERBESAR TAHUN INI!
Dalam salah satu orasi oleh wakil organisasi pendukung aksi mendukung KPK kemarin (2 Nopember 2009) di Depan Istana, diteriakkan bahwa korupsilah yang menyebabkan rakyat miskin.
Tidak ada keberatan tapi jangan dilupakan bahwa sumber utama kemiskinan rakyat adalah penghisapan dan penjajahan sistimatis oleh kuasa modal atas negeri yang kaya-raya ini. Tikus Mati di Lumbung Padi!. Inilah persoalan terbesar di negeri ini.
Pemberantasan Korupsi Harus Didukung, Penghisapan dan Penjajahan Baru (serta Antek-anteknya) Harus Dilawan. Mas Teten Masduki menulis “Cicak-cicak Bersatulah”, saya menulis “Tikus-Tikus Bersatulah”.
Bila dukungan terhadap Bibit dan Chandra, KPK, Gerakan Lawan Korupsi di facebook (sebagai salah satu contoh perlawanan) dengan cepat membesar dan beranak pinak, kenapa soal perlawanan atas penghisapan dan penjajahan negeri dari ujung mouse tidak kunjung menjadi masif dan beranak pinak?
Adakah ini soal jarak dan senjang antara gerakan reformis dan gerakan radikal/revolusioner/transformatif? Gerakan perubahan sosial tanpa perombakan struktur dan sistim sosial, dengan gerakan perubahan sosial dengan perombakan struktur dan sistim sosial? Lepas dari itu bagi saya gerakan melawan buaya dan godzilla ini adalah momentum untuk sampai kepada kesadaran gerakan yang trasformatif atau revolusioner. Atau gerakan tetap berhenti pada wataknya yang reformis.
Skandal National Summit Dan Rakyat Yang Selalu Terjepit
Obral Paling Kolosal Sejak Republik Berdiri
Siaran Pers Bersama, 30 Oktober 2009
WALHI, KIARA, JATAM, ICEL, KAU, Institute Hijau Indonesia, Reform Institute, LIMA
(tertanda : Hendri Saparini, Teguh Surya, Riza Damanik, Siti Maimunah, Chalid Muhammad, Yudi Latif, Ray Rangkuti, Dani Setiawan, Rino Subagio)
National Summit, yang diselenggarakan sebagai ajang bagi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua mendengarkan keluh-kesah para kuasa modal domestik dan asing, sungguh merupakan skandal terbesar tahun ini. Summit yang berlangsung pada 29-31 Oktober 2009, telah menempatkan ihwal keselamatan Rakyat diposisi terendah dibanding hasrat untuk melayani kepentingan modal oleh rezim SBY-Boediono. Bahkan secara nyata National Summit menjadi ajang pemberian dukungan politik dan hukum secara penuh dari kekuasaan terhadap sebuah rencana sistematik paling kolosal sejak Republik Indonesia didirikan untuk membuka seluas-luasnya pasar obral tanah, kekayaan alam dan buruh.
Lebih dari empat dekade rejim pengerukan dan pengurasan bahan tambang, minyak dan gas, hutan dan perkebunan, kelautan dan perikanan, secara blak-blakan mamamerkan tanpa rasa malu ketergantungan Indonesia pada kekuatan ekonomi negara asing, lembaga-lembaga keuangan internasional, serta kekuatan korporasi multinasional dan transnasional. Tanah tergerus, kekayaan alam menyusut, pemiskinan terus berlanjut, dampak bencana semakin menghebat dan Indonesia pun menjadi salahsatu negara penghutang terbesar di dunia.
Selengkapnya
Label:
korupsi,
reformasi,
Transformasi Sosial
Sabtu, 31 Oktober 2009
Kesepian, Internet dan Masturbasi Teknologi
Don Bosco, Tisna Sanjaya dan Umberto Eco : Kembali ke Komunitas Tatap Muka
“Kesepian adalah masalah besar.....”.
“..... anda bisa menyebutkan banyak orang lain yang hidup dalam isolasi, dengan berbagai bentuk penyakit kejiwaan. Salah satu masalah besar dewasa ini adalah menurunnya, atau malah tidak adanya, komunitas-komunitas tatap-muka”
“Yang saya kira buruk sekarang ini-baik di dunia Katolik maupun di dunia bekas Komunis atau Progresif adalah tidak adanya seorang don Bosco baru. Tak ada San Giovanni Bosco baru di abad ini yang mampu membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi terciptanya komunitas.”
Lantas bagaimana dengan internet dengan komunitas mayanya.......
”Bisakah komunitas maya baru seperti yang kita punya di internet melakukan hal yang sama? Tentu saja! Ia memberikan kesempatan kepada orang yang tinggal di Barat untuk berhubungan dengan orang lain, dengan tetap berada di tempat tinggalnya. Apakah ini adalah pengganti hubungan tatap muka dan komunitas? Tidak! Jadi fungsi sosial yang nyata dari, katakanlah, Internet, harus menjadi titik awal dalam menciptakan hubungan, dan kemudian menciptakan...”
“Ya, komunitas-komunitas lokal. Manakala Internet melalui komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi alat perubahan sosial yang penting”.
Tanpa itu internet hanya menghadirkan kesesatan.......
”hanya akan menjadi hiburan bagi orang-orang kesepian, ia akan menjadi bentuk baru masturbasi teknologis.......”
selengkapnya
“Kesepian adalah masalah besar.....”.
“..... anda bisa menyebutkan banyak orang lain yang hidup dalam isolasi, dengan berbagai bentuk penyakit kejiwaan. Salah satu masalah besar dewasa ini adalah menurunnya, atau malah tidak adanya, komunitas-komunitas tatap-muka”
“Yang saya kira buruk sekarang ini-baik di dunia Katolik maupun di dunia bekas Komunis atau Progresif adalah tidak adanya seorang don Bosco baru. Tak ada San Giovanni Bosco baru di abad ini yang mampu membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi terciptanya komunitas.”
Lantas bagaimana dengan internet dengan komunitas mayanya.......
”Bisakah komunitas maya baru seperti yang kita punya di internet melakukan hal yang sama? Tentu saja! Ia memberikan kesempatan kepada orang yang tinggal di Barat untuk berhubungan dengan orang lain, dengan tetap berada di tempat tinggalnya. Apakah ini adalah pengganti hubungan tatap muka dan komunitas? Tidak! Jadi fungsi sosial yang nyata dari, katakanlah, Internet, harus menjadi titik awal dalam menciptakan hubungan, dan kemudian menciptakan...”
“Ya, komunitas-komunitas lokal. Manakala Internet melalui komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi alat perubahan sosial yang penting”.
Tanpa itu internet hanya menghadirkan kesesatan.......
”hanya akan menjadi hiburan bagi orang-orang kesepian, ia akan menjadi bentuk baru masturbasi teknologis.......”
selengkapnya
Bubarkan KPK Bentuk Komisi Pencegahan Korupsi Saja (KPKS)Ya Pak SBY?
VIVAnews menurunkan berita ”SBY : Berantas Korupsi Jangan Jebak Orang” dengan subjudul "Negara rugi. Belum tentu yang dikorupsi bisa kembali," kata SBY pada tanggal 29 Oktober kemarin. Seperti dikutip VIVAnews SBY mengatakan pula” "(Jalan) masih panjang. Tapi tidakkah makin efektif. Dan bagi saya adalah mencegah korupsi. Jangan menjebak seseorang,". VIVAnews juga menuliskan ”Cara pemberantasan korupsi dengan penjebakan, kata SBY, merupakan upaya yang kurang untuk mencegah terjadinya korupsi”. Pertanyaan semacam ini sebenarnya bukanlah yang pertama kali, tapi sudah yang kesekian kalinya.
Saya spontan bertanya apakah pernyataan SBY bisa dikategorikan sebagai tindakan pelemahan atau pembusukan KPK? Saya juga bertanya-tanya dengan gelisah, apakah ini juga bisa dikatakan sebagai indikasi bahwa SBY punya kepentingan melindungi para koruptor (impunitas)?
Kedua, saya penasaran untuk mencermati kembali UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terutama pada bab yang mengatur tugas,wewenang kewajiban. Di pasal 6 disebutkan bahwa :
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Apakah yang dimaksudkan SBY dengan ’menjebak’ ini masuk wilayah tugas KPK di pasal 6 ayat c yakni soal tugas untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi? Memang disisi lain tindakan pencegahan seperti yang disebutkan oleh SBY merupakan salah satu tugas lain yang dimiliki oleh KPK. Masalahnya KPK tidak punya wewenang masuk ke dalam instansi-instansi itu untuk melakukan pengawasan melekat (pencegahan) dan membina pegawai atau karyawan agar tidak melakukan korupsi.
Lepas dari itu UU No. 30 2002 tegas-tegas menyatakan bahwa ini adalah Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bukan Komisi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Saja)
Pertanyaannya kemudian, tidakkah menumpas para koruptor dan memberikan sanksi hukum yang berat kepada pelaku tindak pidana korupsi juga merupakan cara yang efektif untuk pencegahan korupsi? Disatu sisi untuk memberikan efek jera kepada para koruptor, menghentikan korupsi yang sedang berlangsung atau mencegah berulangnya tindakan korupsi oleh para koruptor yang kebetulan belum terjangkau jerat hukum (pemidanaan), sekaligus membuat takut para calon koruptor?
Petikan-petikan pernyataan Teten Masduki dan Todung Mulya Lubis.
Teten mengatakan usai pertemuan Presiden dengan sejumlah pimpinan lembaga negara yang terkait penegakan hukum di Istana Negara (13/7), sebenarnya masyarakat berharap Presiden bisa memperkuat fungsi dan peran KPK untuk memproses kasus korupsi yang terjadi di institusi mana pun.
Namun, katanya, kesan yang muncul ke publik justru sebaliknya. Penggunaan frase seperti KPK jangan jebak koruptor, sebaiknya prioritaskan pada pencegahan korupsi, dan jangan sampai ada rivalitas antarpenegak hukum menimbulkan kekhawatiran baru.
Menurut dia, Cicak meminta KPK tetap kuat melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia dengan memprioritaskan strategi penindakan, mengharap KPK juga memprioritaskan membongkar kasus korupsi di lembaga penegak hukum.
(penyataan perwakilan cicak Teten Masduki, dipetik dari berita Fungsi KPK Berantas Korupsi Harus Dipertahankan di Media Indonesia.com 15 Juli 2009)
Ketika diminta tanggapan atas pernyataan SBY yang lebih mengutamakan pencegahan daripada penindakan dalam mengatasi korupsi, Todung mengatakan bahwa pencegahan itu penting. "Pencegahan berjalan pararel bersama-sama dengan penindakan. Tidak mungkin pencegahan efektif tanpa penindakan dan juga sebaliknya," lontarnya.
(pernyataan Todung Mulya Lubis, dipetik dari berita Kompas ” Jangan Ada Tindakan Mengerdilkan KPK” 15 Juli 2009)
Pojok Usil
Apa ya motif kedua media di bawah ini dibalik pendeskripsian ”SBY besan Aulia Pohan terpidana kasus korupsi”?
”Besan Aulia Pohan --terpidana kasus korupsi oleh KPK-- itu mengingatkan agar upaya pemberantasan korupsi di tanah air benar-benar diutamakan pencegahannya. "Upaya mencegah, pemberantasan korupsi ke depan harus lebih diutamakan pencegahan korupsi. Daripada menjebak orang berbuat korupsi, negara rugi, orang terpenjara," tegasnya.”
Berita dari portal JPNN
"(Jalan) masih panjang. Tapi tidakkah makin efektif. Dan bagi saya adalah mencegah korupsi. Jangan menjebak seseorang," ujar Presiden SBY yang juga besan dari Aulia Pohan yang terjerat kasus korupsi oleh KPK.
Berita dari portal VIVAnews
simak juga link-link kabar hangat ini
”Berantas Korupsi atau KPK?” Menggugat Komitmen Presiden Soal Pemberantasan Korupsi !
Kritik Pedas Anggota Dewan Pertimbangan Presiden : National Summit Cuma Asap
Boediono, Sri Mulyani, Mari Elka Pangestu : Trio Ekonom Selera Amerika di Kabinet Indonesia Bersatu
Kajian Pidato Presiden : Kekuasaan Minus Nilai-nilai Kebangsaan?
Saya spontan bertanya apakah pernyataan SBY bisa dikategorikan sebagai tindakan pelemahan atau pembusukan KPK? Saya juga bertanya-tanya dengan gelisah, apakah ini juga bisa dikatakan sebagai indikasi bahwa SBY punya kepentingan melindungi para koruptor (impunitas)?
Kedua, saya penasaran untuk mencermati kembali UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terutama pada bab yang mengatur tugas,wewenang kewajiban. Di pasal 6 disebutkan bahwa :
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Apakah yang dimaksudkan SBY dengan ’menjebak’ ini masuk wilayah tugas KPK di pasal 6 ayat c yakni soal tugas untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi? Memang disisi lain tindakan pencegahan seperti yang disebutkan oleh SBY merupakan salah satu tugas lain yang dimiliki oleh KPK. Masalahnya KPK tidak punya wewenang masuk ke dalam instansi-instansi itu untuk melakukan pengawasan melekat (pencegahan) dan membina pegawai atau karyawan agar tidak melakukan korupsi.
Lepas dari itu UU No. 30 2002 tegas-tegas menyatakan bahwa ini adalah Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bukan Komisi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Saja)
Pertanyaannya kemudian, tidakkah menumpas para koruptor dan memberikan sanksi hukum yang berat kepada pelaku tindak pidana korupsi juga merupakan cara yang efektif untuk pencegahan korupsi? Disatu sisi untuk memberikan efek jera kepada para koruptor, menghentikan korupsi yang sedang berlangsung atau mencegah berulangnya tindakan korupsi oleh para koruptor yang kebetulan belum terjangkau jerat hukum (pemidanaan), sekaligus membuat takut para calon koruptor?
Petikan-petikan pernyataan Teten Masduki dan Todung Mulya Lubis.
Teten mengatakan usai pertemuan Presiden dengan sejumlah pimpinan lembaga negara yang terkait penegakan hukum di Istana Negara (13/7), sebenarnya masyarakat berharap Presiden bisa memperkuat fungsi dan peran KPK untuk memproses kasus korupsi yang terjadi di institusi mana pun.
Namun, katanya, kesan yang muncul ke publik justru sebaliknya. Penggunaan frase seperti KPK jangan jebak koruptor, sebaiknya prioritaskan pada pencegahan korupsi, dan jangan sampai ada rivalitas antarpenegak hukum menimbulkan kekhawatiran baru.
Menurut dia, Cicak meminta KPK tetap kuat melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia dengan memprioritaskan strategi penindakan, mengharap KPK juga memprioritaskan membongkar kasus korupsi di lembaga penegak hukum.
(penyataan perwakilan cicak Teten Masduki, dipetik dari berita Fungsi KPK Berantas Korupsi Harus Dipertahankan di Media Indonesia.com 15 Juli 2009)
Ketika diminta tanggapan atas pernyataan SBY yang lebih mengutamakan pencegahan daripada penindakan dalam mengatasi korupsi, Todung mengatakan bahwa pencegahan itu penting. "Pencegahan berjalan pararel bersama-sama dengan penindakan. Tidak mungkin pencegahan efektif tanpa penindakan dan juga sebaliknya," lontarnya.
(pernyataan Todung Mulya Lubis, dipetik dari berita Kompas ” Jangan Ada Tindakan Mengerdilkan KPK” 15 Juli 2009)
Pojok Usil
Apa ya motif kedua media di bawah ini dibalik pendeskripsian ”SBY besan Aulia Pohan terpidana kasus korupsi”?
”Besan Aulia Pohan --terpidana kasus korupsi oleh KPK-- itu mengingatkan agar upaya pemberantasan korupsi di tanah air benar-benar diutamakan pencegahannya. "Upaya mencegah, pemberantasan korupsi ke depan harus lebih diutamakan pencegahan korupsi. Daripada menjebak orang berbuat korupsi, negara rugi, orang terpenjara," tegasnya.”
Berita dari portal JPNN
"(Jalan) masih panjang. Tapi tidakkah makin efektif. Dan bagi saya adalah mencegah korupsi. Jangan menjebak seseorang," ujar Presiden SBY yang juga besan dari Aulia Pohan yang terjerat kasus korupsi oleh KPK.
Berita dari portal VIVAnews
simak juga link-link kabar hangat ini
”Berantas Korupsi atau KPK?” Menggugat Komitmen Presiden Soal Pemberantasan Korupsi !
Kritik Pedas Anggota Dewan Pertimbangan Presiden : National Summit Cuma Asap
Boediono, Sri Mulyani, Mari Elka Pangestu : Trio Ekonom Selera Amerika di Kabinet Indonesia Bersatu
Kajian Pidato Presiden : Kekuasaan Minus Nilai-nilai Kebangsaan?
Senin, 19 Oktober 2009
SOS Perubahan Iklim : Menagih Janji-janji dan Komitmen Presiden Yudhoyono
Mendesak 10 Langkah Darurat Untuk Reduksi Emisi Dalam Program Kerja 100 Hari SBY-Boediono
......komitmen menurunkan emisi di dalam negeri menjadi sangat penting. Tak kalah penting dari upaya terus menuntut negara-negara Annex 1 dalam Protokol Kyoto menurunkan emisi mereka secara signifikan. Indonesia perlu menyerukan upaya reformasi struktur perekonomian dunia yang sejak lama menempatkan negara-negara Selatan sebagai penyedia bahan mentah belaka dan bahkan pada perkembangan selanjutnya menjadi penyedia jasa pembersihan residu kemajuan negara-negara Annex 1. Oleh karenanya, penting dicatat bahwa penurunan emisi tidak boleh menjadi sarana offset emisi.
Surat Terbuka Organisasi Masyarakat Sipil Indonesia Menyikapi Komitmen Indonesia Dalam Mereduksi Emisi Nasional
Kepada Yth,
Bapak DR. H. Bambang Susilo Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia
Sekretariat Negara R.I
Jl. Veteran No. 17-18 Jakarta 10110
Dengan Hormat,
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyambut baik langkah kepemimpinan Bapak dalam upaya menghadapi perubahan iklim seperti yang disampaikan dalam pidato kenegaraan Bapak di forum G20 di Pittsburgh pada bulan September 2009. Kami mencatat Bapak menyatakan dengan tegas “We are devising an energy mix policy including LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) that will reduce our emission by 26 percent by 2020 from BAU (Business As Usual). With international support, we are confident that we can reduce emissions by as much as 41 percent. This target is entirely achievable because most of our emissions come from forest-related issues, such as forest fires and deforestation.”
selengkapnya
......komitmen menurunkan emisi di dalam negeri menjadi sangat penting. Tak kalah penting dari upaya terus menuntut negara-negara Annex 1 dalam Protokol Kyoto menurunkan emisi mereka secara signifikan. Indonesia perlu menyerukan upaya reformasi struktur perekonomian dunia yang sejak lama menempatkan negara-negara Selatan sebagai penyedia bahan mentah belaka dan bahkan pada perkembangan selanjutnya menjadi penyedia jasa pembersihan residu kemajuan negara-negara Annex 1. Oleh karenanya, penting dicatat bahwa penurunan emisi tidak boleh menjadi sarana offset emisi.
Surat Terbuka Organisasi Masyarakat Sipil Indonesia Menyikapi Komitmen Indonesia Dalam Mereduksi Emisi Nasional
Kepada Yth,
Bapak DR. H. Bambang Susilo Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia
Sekretariat Negara R.I
Jl. Veteran No. 17-18 Jakarta 10110
Dengan Hormat,
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyambut baik langkah kepemimpinan Bapak dalam upaya menghadapi perubahan iklim seperti yang disampaikan dalam pidato kenegaraan Bapak di forum G20 di Pittsburgh pada bulan September 2009. Kami mencatat Bapak menyatakan dengan tegas “We are devising an energy mix policy including LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) that will reduce our emission by 26 percent by 2020 from BAU (Business As Usual). With international support, we are confident that we can reduce emissions by as much as 41 percent. This target is entirely achievable because most of our emissions come from forest-related issues, such as forest fires and deforestation.”
selengkapnya
Label:
Pemanasan Global,
Perubahan Iklim
Jumat, 02 Oktober 2009
Buku Online Menuju Masyarakat Tanggap Bencana
Urgensi Hidup di Wilayah Cincin Api
Tanpa melupakan prioritas bagi penanganan/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di Sumbar, Jambi dan Bengkulu atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya, kita perlu pula mendorong secepatnya tumbuhnya atau revitalisasi masyarakat sadar bencana dan tanggap bencana. Semoga bacaan ini berguna
Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskannya
selengkapnya
Tanpa melupakan prioritas bagi penanganan/tanggap darurat atas rangkaian bencana yang terjadi di Sumbar, Jambi dan Bengkulu atau tahap rehabilitasi di wilayah bencana lainnya, kita perlu pula mendorong secepatnya tumbuhnya atau revitalisasi masyarakat sadar bencana dan tanggap bencana. Semoga bacaan ini berguna
Mohon kesediaannya untuk menyebarluaskannya
selengkapnya
Label:
Bencana Ekologi,
Bencana Sosial
Kamis, 01 Oktober 2009
merayakan keberagaman ! proyek karya rupa legenda warna.
lentera di atas bukit legend of color project (by andreas iswinarto)
Jumlah nada musik tidak lebih dari lima, tetapi perubahan dari kelima nada itu tak pernah terbatas ketika didengarkan. Jumlah warna utama tidak lebih dari lima, tetapi perubahan-perubahan dari kelima warna itu tak pernah terbatas ketika dipandangi. Jumlah rasa utama tidak lebih dari lima, perubahan-perubahan dari kelima rasa itu tak pernah terbatas ketika dikecap.
(Maestro Pedang dan Kuas Musashi)
selengkapnya
Jumlah nada musik tidak lebih dari lima, tetapi perubahan dari kelima nada itu tak pernah terbatas ketika didengarkan. Jumlah warna utama tidak lebih dari lima, tetapi perubahan-perubahan dari kelima warna itu tak pernah terbatas ketika dipandangi. Jumlah rasa utama tidak lebih dari lima, perubahan-perubahan dari kelima rasa itu tak pernah terbatas ketika dikecap.
(Maestro Pedang dan Kuas Musashi)
selengkapnya
Kota-kota Imajiner, Kota-kota Surealis, Kota-kota Magis
Novel “Invisible City” (edisi Indonesianya Kota-kota Imajiner) bagi saya dapat menghantar masuk ke dalam jiwa sebuah kota, memahami roh kota. Kota sebagai fenomena fisik, psikis sekaligus sosial.. Sementara Sunday Times menyebutkan karya ini sebagai “sebuah meditasi yang indah dan subtil”.
Saya mengajak anda untuk menikmati sejumput suasana meditatif ini dari petikan-petikan karya ini sekaligus dari seri karya fotografi Paula C "Magic Fly Paula's Photostream Invisible Cities" yang sengaja didedikasikan kepada Italo Calvino
selengkapnya
Saya mengajak anda untuk menikmati sejumput suasana meditatif ini dari petikan-petikan karya ini sekaligus dari seri karya fotografi Paula C "Magic Fly Paula's Photostream Invisible Cities" yang sengaja didedikasikan kepada Italo Calvino
selengkapnya
Arsitek Muda Indonesia dan Imajinasi Tentang Kota
Saya terkesan menyaksikan pameran yang digelar oleh Arsitek Muda Indonesia di Gallery Salihara (9-19 September 2009). Menurut saya ini adalah perayaan yang riuh yang dimulai dari kepedulian dan keprihatinan atas kegentingan persoalan-persoalan di kota baik sosial maupun ekologinya, utamanya juga pada nasib orang-orang biasa, orang-orang miskin diperkotaan, hingga keinginan untuk melakukan perubahan atau intepretasi ulang atas konsep-konsep yang usang, dan keberanian untuk mengolah mimpi dan imajinasi yang kaya. Kemudian bagi saya pameran ini kemudian bukan sekedar pekerjaan teknis tukang insinyur, tapi ini sekaligus kerja kebudayaan dan instalasi seni yang menarik
selengkapnya
selengkapnya
Menjumpai Karya Rupa Fotografi Ivana Stojakovic “Scenting”
Sekilas pandang melalui karya Ivana “Funfair” ini saya hendak ingkar dan ngotot bahwa ini adalah keriuhan, kemeriahan komedi putar kampung, yang acap kali berkelana dari satu daerah ke daerah lain, sepanjang tersedia tanah lapang luas, atau tanah kosong dimana pengelana bisnis hiburan rakyat ini kemudian menegakkan tiang-tiang dan menancapkan pasak di kedalaman tanah.
Karena setepatnya ini mestinya mengingatkan pada Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol, bahkan Disneyland.
Yang paling mencemaskan adalah bila kita cermati lebih teliti karya-karya ini ternyata absen menghadirkan manusia dan semata kemeriahan dunia benda-benda. Saya kemudian menemukan rasa asing, sepi, aneh dan pada akhirnya rasa ngeri.
selengkapnya
Karena setepatnya ini mestinya mengingatkan pada Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol, bahkan Disneyland.
Yang paling mencemaskan adalah bila kita cermati lebih teliti karya-karya ini ternyata absen menghadirkan manusia dan semata kemeriahan dunia benda-benda. Saya kemudian menemukan rasa asing, sepi, aneh dan pada akhirnya rasa ngeri.
selengkapnya
Instalasi Seni Rupa Perkakas Dapur Teguh Ostenrik. Dapur Siapa?
Bagaimana memaknai instalasi seni 500 wajan putih mengkilap sebagai interior pada etalase mal dan disisi lain 500 wajan kusam, gosong dan penyok-penyok di instalasi perlawanan kaum miskin kota?!!!!!!
Sepanjang 1 bulan penuh sekitar 500 wajan bergelantungan pada tali-tali senar dari atap gedung lobi atrium Pacific Place, Jakarta yang berlantai tujuh nan mewah dan megah itu Maka melayang-layanglah wajan-wajan itu yang sebagian sudah tidak utuh lagi entah itu dibelah, dilubangin, dipotong-potong dan apa pun yang dinginkan perupanya, Teguh Ostenrik. Karya ini adalah satu dari puluhan karya rupa dalam pameran ”A Mace” yang berbanjar di lantai 1 hingga 4. Ini adalah bagian dari pameran ”Bazaar Art Jakarta 2009 – Indonesia Art Festival.
selengkapnya
Sepanjang 1 bulan penuh sekitar 500 wajan bergelantungan pada tali-tali senar dari atap gedung lobi atrium Pacific Place, Jakarta yang berlantai tujuh nan mewah dan megah itu Maka melayang-layanglah wajan-wajan itu yang sebagian sudah tidak utuh lagi entah itu dibelah, dilubangin, dipotong-potong dan apa pun yang dinginkan perupanya, Teguh Ostenrik. Karya ini adalah satu dari puluhan karya rupa dalam pameran ”A Mace” yang berbanjar di lantai 1 hingga 4. Ini adalah bagian dari pameran ”Bazaar Art Jakarta 2009 – Indonesia Art Festival.
selengkapnya
Seri Kuliah Umum Filsafat dan Kota
Rangkaian Kuliah Umum "Philosophy in the City" kerjasama Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara Jakarta,
Kota dan Alam – Karlina Supelli
Kota dan Budaya : Ruang Publik, Titik Temunya? – Muji Sutrisno
Kota dan Alam – Karlina Supelli
Kota dan Budaya : Ruang Publik, Titik Temunya? – Muji Sutrisno
Senin, 28 September 2009
CELEBRATING PLURALISM! The Legend (Magic) of Color Project
merayakan pluralisme! proyek karya rupa legenda warna.
lentera di atas bukit legend of color project (by andreas iswinarto)
selengkapnya
Jumlah nada musik tidak lebih dari lima, tetapi perubahan dari kelima nada itu tak pernah terbatas ketika didengarkan. Jumlah warna utama tidak lebih dari lima, tetapi perubahan-perubahan dari kelima warna itu tak pernah terbatas ketika dipandangi. Jumlah rasa utama tidak lebih dari lima, perubahan-perubahan dari kelima rasa itu tak pernah terbatas ketika dikecap.
(Maestro Pedang dan Kuas Musashi)
lentera di atas bukit legend of color project (by andreas iswinarto)
selengkapnya
Jumlah nada musik tidak lebih dari lima, tetapi perubahan dari kelima nada itu tak pernah terbatas ketika didengarkan. Jumlah warna utama tidak lebih dari lima, tetapi perubahan-perubahan dari kelima warna itu tak pernah terbatas ketika dipandangi. Jumlah rasa utama tidak lebih dari lima, perubahan-perubahan dari kelima rasa itu tak pernah terbatas ketika dikecap.
(Maestro Pedang dan Kuas Musashi)
Rabu, 26 Agustus 2009
E-Book Lawan Neoliberalisme, Lawan Neo-Kolonialisme
Kerakyatan vs neoliberalisme
RI dibangun di atas struktur ekonomi kolonial
Kerakyatan vs Neoliberalisme. Masihkah ada harapan?
Republik Indonesia Dalam Perangkap Struktur Ekonomi Kolonial
Hegemoni Neoliberalisme : Penjajahan Kurikulum, Cuci Otak dan Pembodohan di Perguruan Tinggi
Neoliberalisme : Penanda Kemenangan Gagasan atau Kemenangan Kelas?
Empat Tahun Merdeka, Enam Puluh Tahun Dijajah Utang
Resep Neoliberal IMF dan Bank Dunia Terbukti Gagal
Ekonomi Kerakyatan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Fiskalisme Militer di Indonesia: Dari Otorianisme Ke Neoliberal
Konstitusi Dalam Intaian Neoliberalisme; Konstitusionalitas Penguasaan Negara Atas SDA
NEOLIBERALISME DAN PENGALAMAN INDONESIA
Segera Rampas Kembali Diskursus Anti-Neolib Dari Para Elit Penipu Rakyat
Neoliberalisme Biang Kerok Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Indonesia Di bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Fundamentalisme Agama
Definisi Singkat Neoliberalisme
UU Migas, Lumpur Lapindo dan Neoliberalisme
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Dari Diskusi Konsolidasi Ekonomi Kerakyatan
Seri Lawan Neoliberalisme! Washington Consensus vs Jakarta Concencus
Neoliberalisme dan Kedaulatan Pangan
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Neoliberalisme - Revrisond Baswir
Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme (Revrisond Baswir – Tim Ahli Pusat Ekonomi Kerakyatan)
Jalan Neoliberal Pak Bud - Revrisond Baswir
Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja - Herry Priyono
Sesat Neoliberalisme - B. Herry-Priyono, Dosen pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Neoliberalisme – Kolonisasi Homo Ekonomikus dan Homo Finansialis - B Herry-Priyono
Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan - B Herry-Priyono :
The End of Laissez-Faire - Sri-Edi Swasono
Mewaspadai Neoliberalisme - Sri Edi Swasono
Apa Neoliberalisme Itu?- Kwik Kian Gie
Kerakyatan vs Neoliberal - Ichsanudin Noorsy
Washington Concencus vs Jakarta Concencus - Prof Nizam Jim Wiryawan PhD Guru Besar dalam bidang Ilmu Bisnis Internasional,
Reformasi Ekonomi, Konsensus Washington, dan Rintangan Politik - Ahmad Erani Yustika Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dan Kandidat Doktor di University of Göttingen, Jerman
Neoliberalisme dan Warganegara - I Wibowo (ditor buku “Neoliberalisme” (Yogyakarta, Cindelaras: 2003)
Neoliberalisme Kena Batunya - Martin Manurung
Neoliberalisme Telah Mati - Akhmad Kusaeni
Lonceng Kematian Era Pasar Bebas - Joni Murti Mulyo Aji
Menelanjangi Liberalisme - Ahmad Erani Yustika
Kosmologi Krisis Moneter - Yasraf Amir Piliang
Rakus – Caping Gunawan Muhammad
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Yayasan Mubyarto (YasMuby) Jogjakarta dan Mubyarto Institute (Mubins)
Sejarah dan Kebhinekaan: Merumuskan Kembali Keindonesiaan - I Gusti Agung Ayu Ratih Kita,
FORMASI NEGARA NEOLIBERAL DAN KEBANGKITAN KOMUNALISME - Eric Hiariej (Pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
Good Governance dan Mitos Ketatanegaraan Neoliberal - R. Herlambang Perdana Wiratraman
KAPITALISME BENCANA DAN BENCANA KAPITALISME – Don Marut
Neoliberal dan Kejahatan Multinasional - Bonnie Setiawan (IGJ)
Rekayasa Merawat Neoliberalisme: Menggagas Kembali Peran Teknologi untuk Akumulasi Laba - Yanuar Nugroho
Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar
Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Penghapusan Utang - Dani Setiawan – Ketua KAU
Krisis Ekonomi Global dan Sosialisme buat Kaum Kaya - Irwansyah
Memang, tak mungkin sistem kapitalisme tanpa krisis - Ken Budha Kusumandaru
Analisis Pasangan Yudhoyono – Boediono - Fahmy Radhy (Dosen FEB UGM dan Direktur Eksekutif Mubyarto Institute) Analisis : Pasangan Yudhoyono – Boediono
Track Record : Bisnis Capres Cawapres - Dr George Aditjondro
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Lumpur Lapindo dan Praktek Neoliberal - Firdaus Cahyadi
Negosiasi Pertanian WTO Dirancang Untuk Memperparah Kelaparan Di Dunia - Aileen Kwa
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria - Henry Saragih -vKetua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) dan General Coordinator La Via
Campesina, organisasi gerakan buruh tani, petani kecil dan masyarakat adat internasional.
Rezim SBY-JK Gagal Laksanakan Pembaruan Agraria
Rebutan Pangan : TNC dan Penghancuran Petani - Mansour Fakiq
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Noer Fauzi Gelombang Baru Reforma Agraria Di Awal Abad ke-21
Noer Fauzi, Ph.D. Candidate di University of California – Berkeley, Department Environmental Science, Policy and Management (ESPM), Ketua Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria 1995-2002, dan Koordinator Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agraria 2002-2005.
PLN Korban Neolib - Ir A Daryoko – Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Strategis
Prosa Tanpa Tanda Seru : Refleksi Persoalan Globalisasi - Puthut EA
Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas - James Petras
Sebuah Pengantar Tentang Ambruknya Wall Street - Walden Bello
Krisis Finansial Global: Dampaknya terhadap Asia - Reihana Mohideen
Krisis Wall Street: Rakyat Miskin Lagi-lagi Talangi Orang Kaya - Peter Boyle
Venezuela dan Sekutu Amerika Selatannya Majukan Integrasi - James Suggett
RI dibangun di atas struktur ekonomi kolonial
Kerakyatan vs Neoliberalisme. Masihkah ada harapan?
Republik Indonesia Dalam Perangkap Struktur Ekonomi Kolonial
Hegemoni Neoliberalisme : Penjajahan Kurikulum, Cuci Otak dan Pembodohan di Perguruan Tinggi
Neoliberalisme : Penanda Kemenangan Gagasan atau Kemenangan Kelas?
Empat Tahun Merdeka, Enam Puluh Tahun Dijajah Utang
Resep Neoliberal IMF dan Bank Dunia Terbukti Gagal
Ekonomi Kerakyatan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Fiskalisme Militer di Indonesia: Dari Otorianisme Ke Neoliberal
Konstitusi Dalam Intaian Neoliberalisme; Konstitusionalitas Penguasaan Negara Atas SDA
NEOLIBERALISME DAN PENGALAMAN INDONESIA
Segera Rampas Kembali Diskursus Anti-Neolib Dari Para Elit Penipu Rakyat
Neoliberalisme Biang Kerok Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Indonesia Di bawah Ancaman Fundamentalisme Pasar dan Fundamentalisme Agama
Definisi Singkat Neoliberalisme
UU Migas, Lumpur Lapindo dan Neoliberalisme
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Dari Diskusi Konsolidasi Ekonomi Kerakyatan
Seri Lawan Neoliberalisme! Washington Consensus vs Jakarta Concencus
Neoliberalisme dan Kedaulatan Pangan
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Neoliberalisme - Revrisond Baswir
Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme (Revrisond Baswir – Tim Ahli Pusat Ekonomi Kerakyatan)
Jalan Neoliberal Pak Bud - Revrisond Baswir
Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja - Herry Priyono
Sesat Neoliberalisme - B. Herry-Priyono, Dosen pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Neoliberalisme – Kolonisasi Homo Ekonomikus dan Homo Finansialis - B Herry-Priyono
Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan - B Herry-Priyono :
The End of Laissez-Faire - Sri-Edi Swasono
Mewaspadai Neoliberalisme - Sri Edi Swasono
Apa Neoliberalisme Itu?- Kwik Kian Gie
Kerakyatan vs Neoliberal - Ichsanudin Noorsy
Washington Concencus vs Jakarta Concencus - Prof Nizam Jim Wiryawan PhD Guru Besar dalam bidang Ilmu Bisnis Internasional,
Reformasi Ekonomi, Konsensus Washington, dan Rintangan Politik - Ahmad Erani Yustika Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dan Kandidat Doktor di University of Göttingen, Jerman
Neoliberalisme dan Warganegara - I Wibowo (ditor buku “Neoliberalisme” (Yogyakarta, Cindelaras: 2003)
Neoliberalisme Kena Batunya - Martin Manurung
Neoliberalisme Telah Mati - Akhmad Kusaeni
Lonceng Kematian Era Pasar Bebas - Joni Murti Mulyo Aji
Menelanjangi Liberalisme - Ahmad Erani Yustika
Kosmologi Krisis Moneter - Yasraf Amir Piliang
Rakus – Caping Gunawan Muhammad
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Yayasan Mubyarto (YasMuby) Jogjakarta dan Mubyarto Institute (Mubins)
Sejarah dan Kebhinekaan: Merumuskan Kembali Keindonesiaan - I Gusti Agung Ayu Ratih Kita,
FORMASI NEGARA NEOLIBERAL DAN KEBANGKITAN KOMUNALISME - Eric Hiariej (Pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
Good Governance dan Mitos Ketatanegaraan Neoliberal - R. Herlambang Perdana Wiratraman
KAPITALISME BENCANA DAN BENCANA KAPITALISME – Don Marut
Neoliberal dan Kejahatan Multinasional - Bonnie Setiawan (IGJ)
Rekayasa Merawat Neoliberalisme: Menggagas Kembali Peran Teknologi untuk Akumulasi Laba - Yanuar Nugroho
Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar
Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Penghapusan Utang - Dani Setiawan – Ketua KAU
Krisis Ekonomi Global dan Sosialisme buat Kaum Kaya - Irwansyah
Memang, tak mungkin sistem kapitalisme tanpa krisis - Ken Budha Kusumandaru
Analisis Pasangan Yudhoyono – Boediono - Fahmy Radhy (Dosen FEB UGM dan Direktur Eksekutif Mubyarto Institute) Analisis : Pasangan Yudhoyono – Boediono
Track Record : Bisnis Capres Cawapres - Dr George Aditjondro
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Lumpur Lapindo dan Praktek Neoliberal - Firdaus Cahyadi
Negosiasi Pertanian WTO Dirancang Untuk Memperparah Kelaparan Di Dunia - Aileen Kwa
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria - Henry Saragih -vKetua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) dan General Coordinator La Via
Campesina, organisasi gerakan buruh tani, petani kecil dan masyarakat adat internasional.
Rezim SBY-JK Gagal Laksanakan Pembaruan Agraria
Rebutan Pangan : TNC dan Penghancuran Petani - Mansour Fakiq
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Noer Fauzi Gelombang Baru Reforma Agraria Di Awal Abad ke-21
Noer Fauzi, Ph.D. Candidate di University of California – Berkeley, Department Environmental Science, Policy and Management (ESPM), Ketua Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria 1995-2002, dan Koordinator Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agraria 2002-2005.
PLN Korban Neolib - Ir A Daryoko – Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Strategis
Prosa Tanpa Tanda Seru : Refleksi Persoalan Globalisasi - Puthut EA
Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas - James Petras
Sebuah Pengantar Tentang Ambruknya Wall Street - Walden Bello
Krisis Finansial Global: Dampaknya terhadap Asia - Reihana Mohideen
Krisis Wall Street: Rakyat Miskin Lagi-lagi Talangi Orang Kaya - Peter Boyle
Venezuela dan Sekutu Amerika Selatannya Majukan Integrasi - James Suggett
Sabtu, 15 Agustus 2009
Belajar Dari Ilmu Pedang Miyamoto Musashi (bag 1 dari 2)
Pertanyaan Miyamoto Musashi Tentang JALAN-ZEN : Seberapa Tangguh Ujung Pedangmu, Ujung Kuasmu, Ujung Kata-katamu?
Prolog
Seorang murid bertanya ”Apa itu Kehidupan Sejati? Dalam kebisuan guru Zen yang bijak menulis kata ”perhatian” di pasir. Pasti ada jalan yang lain, kata muridnya. Ya, ada jawab guru itu dan ia lagi-lagi menulis kata ”perhatian” di pasir. Tapi bukankah ada yang lain? Tanya si murid. Guru itu terdiam sejenak sebelum sekali lagi menulis kata ”perhatian”. Kini di pasir tertulis pesan ”Perhatian. Perhatian. Perhatian” (adaptasi dari tiger heart, tiger mind)
Jalan Pedang Musashi
Musashi ”The Lone Samurai” (begitu William Scott Wilson Penulis Biografi Musashi menjulukinya) yang hidup antara tahun 1584-1645 telah mengalami dan memenangkan 60 kali duel dan terlibat dalam 6 kali pertempuran dalam perang besar antara umur tiga belas sampai dua pulau sembilan tahun. Selain maestro pedang, Musashi juga seorang seniman maestro serba bisa (paling menonjol sebagai pelukis terkemuka). Bagi banyak orang Jepang, Jalan Musashi adalah teladan kisah manusia sejati atau pencarian manusia akan jalan yang benar dan ganjaran yang akhirnya diperoleh dari jalan tersebut.
Popularitas Musashi memang luar biasa. Novel Musashi yang ditulis Eiji Yoshikawa di Jepang saja terjual di angka 120 juta. Ini mengejutkan karena penduduk Jepang saja hanya berjumlah 110 juta orang. Bisa jadi buku ini dan Musashi telah turut membentuk watak Jepang Modern (JB Kristanto dalam pengantar novel Musashi). Novel Musashi yang pernah dimuat di harian Kompas sebagai cerbung dan kemudian diterbitkan Gramedia adalah versi ringkas dari naskah aslinya dengan tebal 26.000 halaman.
selengkapnya
Prolog
Seorang murid bertanya ”Apa itu Kehidupan Sejati? Dalam kebisuan guru Zen yang bijak menulis kata ”perhatian” di pasir. Pasti ada jalan yang lain, kata muridnya. Ya, ada jawab guru itu dan ia lagi-lagi menulis kata ”perhatian” di pasir. Tapi bukankah ada yang lain? Tanya si murid. Guru itu terdiam sejenak sebelum sekali lagi menulis kata ”perhatian”. Kini di pasir tertulis pesan ”Perhatian. Perhatian. Perhatian” (adaptasi dari tiger heart, tiger mind)
Jalan Pedang Musashi
Musashi ”The Lone Samurai” (begitu William Scott Wilson Penulis Biografi Musashi menjulukinya) yang hidup antara tahun 1584-1645 telah mengalami dan memenangkan 60 kali duel dan terlibat dalam 6 kali pertempuran dalam perang besar antara umur tiga belas sampai dua pulau sembilan tahun. Selain maestro pedang, Musashi juga seorang seniman maestro serba bisa (paling menonjol sebagai pelukis terkemuka). Bagi banyak orang Jepang, Jalan Musashi adalah teladan kisah manusia sejati atau pencarian manusia akan jalan yang benar dan ganjaran yang akhirnya diperoleh dari jalan tersebut.
Popularitas Musashi memang luar biasa. Novel Musashi yang ditulis Eiji Yoshikawa di Jepang saja terjual di angka 120 juta. Ini mengejutkan karena penduduk Jepang saja hanya berjumlah 110 juta orang. Bisa jadi buku ini dan Musashi telah turut membentuk watak Jepang Modern (JB Kristanto dalam pengantar novel Musashi). Novel Musashi yang pernah dimuat di harian Kompas sebagai cerbung dan kemudian diterbitkan Gramedia adalah versi ringkas dari naskah aslinya dengan tebal 26.000 halaman.
selengkapnya
Kapitalisme, Analisis Kelas dan Gerakan Lingkungan Hidup (Bag 2 dari 2)
Marx menganggap masalah kelas itu sentral, tapi jauh dari mengatakan bahwa itulah satu-satunya masalah yang dihadapi umat manusia. Dan pentingnya kelas ini tidak lain karena Marx berbicara tentang zaman yang dibedakan dari segi produksi materialnya. Dia tidak berbicara tentang lingkungan hidup misalnya, tidak lain karena memang di zamannya masalah itu belum menonjol.
Memang kita tidak boleh mereduksi segala sesuatu semata-mata menjadi persoalan kelas, tapi kalau bicara tentang perubahan tatanan sosial dan ekonomi seperti feodalisme dan kapitalisme, perjuangan kelas tetap merupakan persoalan sentral
(dipetik dari pandangan Hilmar Farid lihat bag 1)
Kapitalisme adalah Akar Persoalan
Di dalam Manifestonya, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menyebutkan bahwa akar persoalan lingkungan hidup adalah paham neoliberalisme. Dimana paham inilah yang selama ini mempromosikan bahwa sistem pasar harus diberi hak penuh untuk menentukan keputusan penting di bidang politik dan sosial. Sedangkan inti dari pandangan ini adalah mendesak agar negara secara sukarela melepaskan perannya di bidang ekonomi-sosial.
Lebih lanjut paham neoliberal inilah yang menciptakan serangkaian kebijakan ekonomi yang membuat si kaya semakin berkuasa dan si miskin kian melarat dengan cara memberikan keleluasaan sebebas-bebasnya kepada perusahaan swasta mengembangkan diri seraya melupakan hak serta perlindungan bagi rakyat kebanyakan.
selengkapnya
Baca juga bagian 1
Memang kita tidak boleh mereduksi segala sesuatu semata-mata menjadi persoalan kelas, tapi kalau bicara tentang perubahan tatanan sosial dan ekonomi seperti feodalisme dan kapitalisme, perjuangan kelas tetap merupakan persoalan sentral
(dipetik dari pandangan Hilmar Farid lihat bag 1)
Kapitalisme adalah Akar Persoalan
Di dalam Manifestonya, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menyebutkan bahwa akar persoalan lingkungan hidup adalah paham neoliberalisme. Dimana paham inilah yang selama ini mempromosikan bahwa sistem pasar harus diberi hak penuh untuk menentukan keputusan penting di bidang politik dan sosial. Sedangkan inti dari pandangan ini adalah mendesak agar negara secara sukarela melepaskan perannya di bidang ekonomi-sosial.
Lebih lanjut paham neoliberal inilah yang menciptakan serangkaian kebijakan ekonomi yang membuat si kaya semakin berkuasa dan si miskin kian melarat dengan cara memberikan keleluasaan sebebas-bebasnya kepada perusahaan swasta mengembangkan diri seraya melupakan hak serta perlindungan bagi rakyat kebanyakan.
selengkapnya
Baca juga bagian 1
Kapitalisme, Analisis Kelas dan Gerakan Lingkungan Hidup (Bag 1 dari 2)
Dalam semangat menghidupkan teori, analisis kelas, jender, etnis hingga ekologi adalah cara mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian pisau-pisau analisis ini bukan untuk dihadap-hadapkan, dipertentangkan dengan pendekatan atau analisis yang lainnya. Persoalannya kemudian adalah bagaimana membuat adonannya atau pembobotan dalam pembacaan atau teori yang lebih lengkap dan komprehensif.
selengkapnya
Baca juga bagian 2
selengkapnya
Baca juga bagian 2
Pramoedya, Sejarah dan Angkatan Muda
PRAMOEDYA ANANTA TOER adalah buku. Buku yang seutuh-utuhnya buku. Karena ia buku yang besar, meluas, dan berwibawa, maka ia abadi: scripta manent verba volant (tulisan itu abadi, sementara lisan cepat berlalu bersama derai angin). Pram memang telah berangkat dengan kereta api pagi pada Ahad (30/4/2006, 08.55) tiga tahun yang lampau—dua hari setelah hari pergi penyair Chairil Anwar—di usia 81 tahun 84 hari. Tapi Pram sangat yakin bahwa ia akan abadi. Dan keyakinan itu sudah ia tuliskan dalam sebuah artefak utuh tanpa ragu di halaman 356 kuartet keempat Buru, Rumah Kaca:
“Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.”
Pram memang bukanlah buku yang biasa. Buku yang datang tergesa-gesa, cepat, dan setelah itu dilupakan orang. Pram juga bukan buku cengeng, picisan, dan penuh cekikikan. Sebab hidup Pram adalah hidup yang selalu sepi, sunyi, disiakan, sekaligus keras dan berjelaga. Nasib dan respons kehidupan yang tak memanjakan membawanya menjadi buku yang selalu tegak menantang cadas atau apa pun yang mengganggu otonomi tubuh dan pikiran dan ideologinya.
Bahkan kesadaran melawan yang berkobar itu tetap ia perlihatkan hingga ajalnya menjemput.
Dipetik dari tulisan Muhidin M Dahlan, PRAM: Buku yang tak Pernah Selesai Dibaca
Beberapa bulan lalu dalam tulisan pendek Kado Raksasa : Trilogi Lekra dan Kronik Seabad Kebangkitan Nasional, saya memberikan aspresiasi dan penghormatan tinggi kepada sekelompok anak muda penggila buku yang tergabung dalam I:Boekoe (Indonesia Buku).
Penggila disini bukanlah penggila dalam arti pasif, gila membaca buku, tetapi kegilaan disini bersifat aktif. Artinya gila membaca buku secara kritis sekaligus menulis buku. Yang menarik pula proyek penulisan I:Boekoe adalah dalam kategori penulisan buku-buku babon atau buku-buku yang bersifat ensiklopedik.
Saat itu saya mengangkat 2 serial buku (saya menyebutnya Kado Gila Kaum Muda Untuk Kebangkitan Nasional) yang pertama adalah Kronik Kebangkitan Indonesia. Buku ini adalah hasil kerja keras belasan anak muda berusia di bawah 25 tahun selama 1,5 tahun yang kini telah berbuah 21 buku dengan ketebalan 1.7 meter.
Sedangkan seri buku berikutnya adalah Trilogi Lekra Tidak Membakar Buku. Serial buku ini di tulis oleh 2 orang dari tim kerja Kronik Kebangkitan Nasional yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan. Mereka bekerja pararel untuk proyek buku Kronik Kebangkitan Nasional sekaligus untuk proyek mereka berdua.
Trilogi Lekra Tidak membakar Buku ini terdiri dari buku-buku Lekra Tak Membakar Buku : Suara Senyap Lembar kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Gugur Merah : Sehimpunan Puisi Harian Rakjat-Lekra dan Laporan dari Bawah : Sehimpunan Cerita Pendek Harian Rakjat –Lekra. Coba simak di dalam Lekra Tidak Membakar Buku kedua anak muda ini melakukan liputan menyeluruh yang diriset dari sekitar 15 ribu artikel kebudayaan yang terserak.
Selengkapnya
“Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.”
Pram memang bukanlah buku yang biasa. Buku yang datang tergesa-gesa, cepat, dan setelah itu dilupakan orang. Pram juga bukan buku cengeng, picisan, dan penuh cekikikan. Sebab hidup Pram adalah hidup yang selalu sepi, sunyi, disiakan, sekaligus keras dan berjelaga. Nasib dan respons kehidupan yang tak memanjakan membawanya menjadi buku yang selalu tegak menantang cadas atau apa pun yang mengganggu otonomi tubuh dan pikiran dan ideologinya.
Bahkan kesadaran melawan yang berkobar itu tetap ia perlihatkan hingga ajalnya menjemput.
Dipetik dari tulisan Muhidin M Dahlan, PRAM: Buku yang tak Pernah Selesai Dibaca
Beberapa bulan lalu dalam tulisan pendek Kado Raksasa : Trilogi Lekra dan Kronik Seabad Kebangkitan Nasional, saya memberikan aspresiasi dan penghormatan tinggi kepada sekelompok anak muda penggila buku yang tergabung dalam I:Boekoe (Indonesia Buku).
Penggila disini bukanlah penggila dalam arti pasif, gila membaca buku, tetapi kegilaan disini bersifat aktif. Artinya gila membaca buku secara kritis sekaligus menulis buku. Yang menarik pula proyek penulisan I:Boekoe adalah dalam kategori penulisan buku-buku babon atau buku-buku yang bersifat ensiklopedik.
Saat itu saya mengangkat 2 serial buku (saya menyebutnya Kado Gila Kaum Muda Untuk Kebangkitan Nasional) yang pertama adalah Kronik Kebangkitan Indonesia. Buku ini adalah hasil kerja keras belasan anak muda berusia di bawah 25 tahun selama 1,5 tahun yang kini telah berbuah 21 buku dengan ketebalan 1.7 meter.
Sedangkan seri buku berikutnya adalah Trilogi Lekra Tidak Membakar Buku. Serial buku ini di tulis oleh 2 orang dari tim kerja Kronik Kebangkitan Nasional yakni Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan. Mereka bekerja pararel untuk proyek buku Kronik Kebangkitan Nasional sekaligus untuk proyek mereka berdua.
Trilogi Lekra Tidak membakar Buku ini terdiri dari buku-buku Lekra Tak Membakar Buku : Suara Senyap Lembar kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Gugur Merah : Sehimpunan Puisi Harian Rakjat-Lekra dan Laporan dari Bawah : Sehimpunan Cerita Pendek Harian Rakjat –Lekra. Coba simak di dalam Lekra Tidak Membakar Buku kedua anak muda ini melakukan liputan menyeluruh yang diriset dari sekitar 15 ribu artikel kebudayaan yang terserak.
Selengkapnya
Quo Vadis Kemerdekaan RI : Adakah Negara Di Wilayah Perbatasan Indonesia?
NASIONALISME : DI TAPAL BATAS atau DI SIMPANG JALAN
Campur Sari : Nasionalisme Di Tapal Batas, A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism, Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa
Dalam rangka menyambut Hari Peringatan Kemerdekaan ke-64 Harian Kompas akan menurunkan laporan khusus (dari tanggal 10-21 Agustus 2009) tentang semangat nasionalisme dan bagaimana bangsa ini menggulati makna kemerdekaan. Kompas memilih tema “Nasionalisme di Tapal Batas” karena masalah nasionalisme semakin kritis. Kompas menilai dalam konteks wilayah-wilayah perbatasan, kekritisan masalahnya semakin terasa. Demikian pula dalam perspektif politik nasional dan konstelasi politik regional, masalah pun kian kompleks.
Nasionalisme di Tapal Batas
Untuk laporan khusus ini Kompas memilih satu petikan tulisan Sutan Sjahrir dalam Renungan Indonesia 1934 sebagai prolog laporan Nasionalisme di Tapal Batas sbb :
Oleh karena itu, kita pun harus lebih kuat daripada yang sudah-sudah jika kita hendak mengerjakan tugas kita dan menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh memboroskan waktu dan engergi kepada kesulitan-kesulitan pribadi, bahkan tidak kepada kesedihan pribadi kita, maka kita pun akan bisa menghilangkan diri kita ke dalamnya. Begitu banyak hal yang masih gelap yang sekali sudah menjadi terang, mungkin akan membuka perspektif-perspektif baru yang tidak terbatas.
Perjalanan Nasionalisme Di Tapal Batas ini akan melalui rute yang berawal pada Menerawang Aceh dari Sawang; Siberut Si Cantik yang Terabaikan; Kepulauan Riau : Tak Indonesia Hilang di Hati; Perca di Kalimantan Barat; Keseriusan Masalah di Kalimantan Timur; Perbatasan Miangas dan Marore; Maluku, Menguggah Ke Indonesiaan di Bibir Pasifik; Perbatasan NTT-Timor Leste; Geliat Pendidikan di Tengah Keterbatasan dan kemudian ditutup dengan Dua Stigma tentang Papua.
FOKUS KOMPAS : KEINDONESIAN
Masih Indonesiakah Mereka? ;WILAYAH PERBATASAN Melihat Indonesia yang (Kian) Asing; REALITAS PERBATASAN Indonesia yang Jauh; MASYARAKAT KEPULAUAN. Mereka Makin Teralienasi; PERBATASAN Perlu Pemahaman Transnasional; Di Bawah Dua Bangsa Penjajah
Saat membaca promosi laporan khusus Kompas ini, saya segera meledak dengan antusiasme atau minat yang meluap, walau sesunguhnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Walaupun alur perjalanan laporan ini tetap akan saya baca dengan penuh minat, saya mencerap Nasionalisme di Tapal Batas (yang sebenarnya datar dan netral ini) lebih sebagai padanan sebuah sikap menggugat yang tegas. Nasionalisme di Simpang Jalan!
Tapal Batas ini bagi saya adalah simpang jalan atau narasi Nasionalisme yang ’Membunuh’ atau Nasionalisme Yang Merawat Kebhinekaan, Mitos Nasionalisme atau Kenyataan Nasionalisme, Nasionalisme Right or Wrong is My Country atau Right is Right, Wrong is Wrong, That’s All dstnya.
A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism
Ini kemudian mengingatkan saya pada Andreas Harsono yang saat ini sedang menyiapkan buku A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism yang menurut duga saya akan tanpa ampun menggugat pemaknaan dan praktek nasionalisme ’brutal’ yang sempat beranak pinak di negeri ini.
Sembari menyiapkan bukunya Andreas Harsono menulis catatan-catatan dari perjalanannya untuk menulis buku. Dengan membaca sebagaian tulisan-tulisan pendeknya di bawah ini kita bisa makin jelas menangkap sikap kritisnya (dan bahkan menurut saya ”keras tanpa ampun”).
Simak saja beberapa tulisannya seperti Murder at Mile 63, Precisely, 86 locations in three years, Biak, Militer dan Melanesia, Semuel Waileruny- Pemimpin Forum Kedaulatan Maluku di Ambon, Pramoedya, fascism and his last interview, Protes "Indopahit" Lewat Kaos Anarkis, Tahun Kelahiran Hasan di Tiro; Miangas, Nationalism and Isolation; hingga Republik Indonesia Kilometer Nol (pernah di muat Pantau desember 2003)
Kebangsaan Indonesia dan kebangsaan Aceh dalam peperangan di ujung Pulau Sumatra adalah jendela artikel dalam tulisannya Republik Indonesia Kilometer Nol. Anda juga bisa membaca dengan cermat satu tulisannya (menurut saya ini tulisan luar biasa) ”Hoakiao dari Jember” untuk memahami latar belakang, posisinya, penyikapan dan pemihakannya. (baca juga Ramalan Akan Dibunuh)
selengkapnya
berikut link-link laporan khusus Kompas "Nasionalisme di Tapal Batas" dan link-link artikel Andreas Harsono
Campur Sari : Nasionalisme Di Tapal Batas, A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism, Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa
Dalam rangka menyambut Hari Peringatan Kemerdekaan ke-64 Harian Kompas akan menurunkan laporan khusus (dari tanggal 10-21 Agustus 2009) tentang semangat nasionalisme dan bagaimana bangsa ini menggulati makna kemerdekaan. Kompas memilih tema “Nasionalisme di Tapal Batas” karena masalah nasionalisme semakin kritis. Kompas menilai dalam konteks wilayah-wilayah perbatasan, kekritisan masalahnya semakin terasa. Demikian pula dalam perspektif politik nasional dan konstelasi politik regional, masalah pun kian kompleks.
Nasionalisme di Tapal Batas
Untuk laporan khusus ini Kompas memilih satu petikan tulisan Sutan Sjahrir dalam Renungan Indonesia 1934 sebagai prolog laporan Nasionalisme di Tapal Batas sbb :
Oleh karena itu, kita pun harus lebih kuat daripada yang sudah-sudah jika kita hendak mengerjakan tugas kita dan menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh memboroskan waktu dan engergi kepada kesulitan-kesulitan pribadi, bahkan tidak kepada kesedihan pribadi kita, maka kita pun akan bisa menghilangkan diri kita ke dalamnya. Begitu banyak hal yang masih gelap yang sekali sudah menjadi terang, mungkin akan membuka perspektif-perspektif baru yang tidak terbatas.
Perjalanan Nasionalisme Di Tapal Batas ini akan melalui rute yang berawal pada Menerawang Aceh dari Sawang; Siberut Si Cantik yang Terabaikan; Kepulauan Riau : Tak Indonesia Hilang di Hati; Perca di Kalimantan Barat; Keseriusan Masalah di Kalimantan Timur; Perbatasan Miangas dan Marore; Maluku, Menguggah Ke Indonesiaan di Bibir Pasifik; Perbatasan NTT-Timor Leste; Geliat Pendidikan di Tengah Keterbatasan dan kemudian ditutup dengan Dua Stigma tentang Papua.
FOKUS KOMPAS : KEINDONESIAN
Masih Indonesiakah Mereka? ;WILAYAH PERBATASAN Melihat Indonesia yang (Kian) Asing; REALITAS PERBATASAN Indonesia yang Jauh; MASYARAKAT KEPULAUAN. Mereka Makin Teralienasi; PERBATASAN Perlu Pemahaman Transnasional; Di Bawah Dua Bangsa Penjajah
Saat membaca promosi laporan khusus Kompas ini, saya segera meledak dengan antusiasme atau minat yang meluap, walau sesunguhnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Walaupun alur perjalanan laporan ini tetap akan saya baca dengan penuh minat, saya mencerap Nasionalisme di Tapal Batas (yang sebenarnya datar dan netral ini) lebih sebagai padanan sebuah sikap menggugat yang tegas. Nasionalisme di Simpang Jalan!
Tapal Batas ini bagi saya adalah simpang jalan atau narasi Nasionalisme yang ’Membunuh’ atau Nasionalisme Yang Merawat Kebhinekaan, Mitos Nasionalisme atau Kenyataan Nasionalisme, Nasionalisme Right or Wrong is My Country atau Right is Right, Wrong is Wrong, That’s All dstnya.
A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism
Ini kemudian mengingatkan saya pada Andreas Harsono yang saat ini sedang menyiapkan buku A Nation in Name: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism yang menurut duga saya akan tanpa ampun menggugat pemaknaan dan praktek nasionalisme ’brutal’ yang sempat beranak pinak di negeri ini.
Sembari menyiapkan bukunya Andreas Harsono menulis catatan-catatan dari perjalanannya untuk menulis buku. Dengan membaca sebagaian tulisan-tulisan pendeknya di bawah ini kita bisa makin jelas menangkap sikap kritisnya (dan bahkan menurut saya ”keras tanpa ampun”).
Simak saja beberapa tulisannya seperti Murder at Mile 63, Precisely, 86 locations in three years, Biak, Militer dan Melanesia, Semuel Waileruny- Pemimpin Forum Kedaulatan Maluku di Ambon, Pramoedya, fascism and his last interview, Protes "Indopahit" Lewat Kaos Anarkis, Tahun Kelahiran Hasan di Tiro; Miangas, Nationalism and Isolation; hingga Republik Indonesia Kilometer Nol (pernah di muat Pantau desember 2003)
Kebangsaan Indonesia dan kebangsaan Aceh dalam peperangan di ujung Pulau Sumatra adalah jendela artikel dalam tulisannya Republik Indonesia Kilometer Nol. Anda juga bisa membaca dengan cermat satu tulisannya (menurut saya ini tulisan luar biasa) ”Hoakiao dari Jember” untuk memahami latar belakang, posisinya, penyikapan dan pemihakannya. (baca juga Ramalan Akan Dibunuh)
selengkapnya
berikut link-link laporan khusus Kompas "Nasionalisme di Tapal Batas" dan link-link artikel Andreas Harsono
Label:
Kemerdekaan,
nasionalisme,
wilayah perbatasan
Sabtu, 18 Juli 2009
Merenungkan Makna Hidup Melalui Karya Rupa Keramik
Lebih jauh memperbincangkan ruang hidup, manusia dalam ruang dan waktu, kita dihadapkan pada dua pilihan. Apakah ruang hidup, ruang dan waktu yang kita jalani adalah ruang waktu yang bergegas dalam kontrol dan kendali modal, ruang waktu instumental untuk sekadar numpang ngombe (numpang minum/hidup) di dunia yang fana ini, pesona gaya hidup yang dekaden atau pola relasi transaksional, kasarnya ruang dan waktu yang memaksa kita menanggalkan kemanusia jadi onggokan angka statistik, binatang ekonomi atau mesin (produksi) ekonomi dan konsumen semata. Sapi perahan, domba korban ketamakan segelintir orang.
Menafsir Wastu - Aries B.M
Ataukah kita masuk menjalani, menghidupi dimensi ruang waktu yang lebih manusiawi dan juga transenden. Hidup berlawan atas penjara-penjara kesewenangan manusia lainnya. Bila yang kedua menjadi pilihan, maka marilah kita menjawab ajakan Aries B.M untuk menafsir wastu melalui puluhan karya-karya keramiknya dan kemudian menghidupinya.
Selengkapnya
Menafsir Wastu - Aries B.M
Ataukah kita masuk menjalani, menghidupi dimensi ruang waktu yang lebih manusiawi dan juga transenden. Hidup berlawan atas penjara-penjara kesewenangan manusia lainnya. Bila yang kedua menjadi pilihan, maka marilah kita menjawab ajakan Aries B.M untuk menafsir wastu melalui puluhan karya-karya keramiknya dan kemudian menghidupinya.
Selengkapnya
Kembali ke Ekonomi Konstitusi : Ekonomi Kerakyatan Dalam Pengelolaan SDA
Dani Setiawan
Ketua Koalisi Anti Utang
Dari Diskusi Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM dan SHI)
Dalam putaran pemilu 2009, wacana ekonomi kerakyatan kembali muncul dalam tema kampanye yang diusung oleh partai politik maupun calon presiden. Tema ini sesungguhnya bukan hal baru dalam pentas politik nasional. Perjuangan untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kerakyatan telah dimulai oleh para pendiri bangsa (founding leaders) untuk mengganti sistem ekonomi kolonial di bawah penjajahan. Bahkan, lebih jauh adalah memastikan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi kerakyatan dalam kehidupan berbangsa pasca kemerdekaan. Hingga saat ini, keyakinan akan terwujudnya sistem ekonomi nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian tetap menjadi cita-cita dan tujuan jangka panjang dari penerapan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan. Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945.
selengkapnya
Ketua Koalisi Anti Utang
Dari Diskusi Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM dan SHI)
Dalam putaran pemilu 2009, wacana ekonomi kerakyatan kembali muncul dalam tema kampanye yang diusung oleh partai politik maupun calon presiden. Tema ini sesungguhnya bukan hal baru dalam pentas politik nasional. Perjuangan untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi kerakyatan telah dimulai oleh para pendiri bangsa (founding leaders) untuk mengganti sistem ekonomi kolonial di bawah penjajahan. Bahkan, lebih jauh adalah memastikan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi kerakyatan dalam kehidupan berbangsa pasca kemerdekaan. Hingga saat ini, keyakinan akan terwujudnya sistem ekonomi nasional, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian tetap menjadi cita-cita dan tujuan jangka panjang dari penerapan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan. Landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan adalah pasal 33 UUD 1945.
selengkapnya
Label:
ekonomi kerakyatan,
Ekonomi konstitusi
Karya Grafis Sebagai Media Perlawanan Melawan Rezim Orde Baru
Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya,
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”
-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
Mengingat masa lalu adalah suatu proses yang penting bagi masa kini, demikian disebutkan Atnike Nova Sigiro (Ketua Panitia Pameran Media Kampanye Masyarakat Sipil Tentang Pelanggaran HAM Masa Lalu : Grafis Melawan Lupa) dalam pengantar pamerannya. Atnike mengutip Edward W. Said : ”Berpaling ke masa lalu merupakan salah satu strategi untuk menafsirkan masa kini. Yang menggerakan sikap itu bukan hanya ketidaksetujuan tentang apa yang terjadi di masa lalu dan seperti apa masa lalu itu, melainkan ketidakpastian tentang apakah masa lalu itu benar-benar telah selesai, dan ditutup, apakah ia masih berlnjut meskipun dalam bentuk-bentuk yang berbeda”.
Lebih lanjut Atnike menulis bahwa kecenderungan berpikir a-historis menyebabkan kita ’lupa’. Lupa disini berarti bahwa kita cenderung lebih mudah menyalahkan situasi saat ini dan melihat situasi di masa lalu seolah-olah lebih nyaman.
selengkapnya
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”
-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
Mengingat masa lalu adalah suatu proses yang penting bagi masa kini, demikian disebutkan Atnike Nova Sigiro (Ketua Panitia Pameran Media Kampanye Masyarakat Sipil Tentang Pelanggaran HAM Masa Lalu : Grafis Melawan Lupa) dalam pengantar pamerannya. Atnike mengutip Edward W. Said : ”Berpaling ke masa lalu merupakan salah satu strategi untuk menafsirkan masa kini. Yang menggerakan sikap itu bukan hanya ketidaksetujuan tentang apa yang terjadi di masa lalu dan seperti apa masa lalu itu, melainkan ketidakpastian tentang apakah masa lalu itu benar-benar telah selesai, dan ditutup, apakah ia masih berlnjut meskipun dalam bentuk-bentuk yang berbeda”.
Lebih lanjut Atnike menulis bahwa kecenderungan berpikir a-historis menyebabkan kita ’lupa’. Lupa disini berarti bahwa kita cenderung lebih mudah menyalahkan situasi saat ini dan melihat situasi di masa lalu seolah-olah lebih nyaman.
selengkapnya
E-Book Kampanye Kesadaran Lingkungan Hidup dan Kebhinekaan
Keberlanjutan-Keberagaman : Si Maskot Kodok Ijo & Kura-kura Sukowati
Terenyumlah! Keep Smiling!
Satu : Si Maskot Kodok Ijo
Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan yang dampaknya sangat nyata terhadap kodok jelas terlihat pada turunnya populasi disertai turunnya keragaman jenis. Pada saat ini ada lebih dari 6.000 jenis amfibi di dunia.
Dari 6.000 jenis, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Hasilnya, 1.893 dalam status terancam dan menuju kepunahan. Ancaman utama yang dihadapi kodok saat ini adalah hilangnya habitat (tempat hidup yang sesuai), polusi, pemanfaatan, dan penyakit.
(Sumber Kepunahan Fauna : Kodok yang Serba Rentan - Hellen Kurniati, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Kompas 17 Desember 2008)
silah simak
Kampanye Go Green Si Kodok Ijo
Dua : Si Maskot Kura-kura Sukowati
Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja. Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut, hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah mendarat di mulut orang dan binatang dan mereka pun memakannya sampai segala sesuatu di dalam diri mereka berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia. Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa melempar-lempar warna......
(riwayat warna – subcomandante marcos)
Silah simak
Kampanye Keberagaman Si Kura-kura Pasar Sukowati
Baca juga
Si Maskot Perjalanan Cahaya
Si Maskot Trivia
Si Maskot Yoyo dan Gasing
Si Maskot Bunga
Si Maskot Perahu Bajo
Terenyumlah! Keep Smiling!
Satu : Si Maskot Kodok Ijo
Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan yang dampaknya sangat nyata terhadap kodok jelas terlihat pada turunnya populasi disertai turunnya keragaman jenis. Pada saat ini ada lebih dari 6.000 jenis amfibi di dunia.
Dari 6.000 jenis, 5.915 telah ditelaah statusnya oleh IUCN (International Union for Conservation and Natural Resources). Hasilnya, 1.893 dalam status terancam dan menuju kepunahan. Ancaman utama yang dihadapi kodok saat ini adalah hilangnya habitat (tempat hidup yang sesuai), polusi, pemanfaatan, dan penyakit.
(Sumber Kepunahan Fauna : Kodok yang Serba Rentan - Hellen Kurniati, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Kompas 17 Desember 2008)
silah simak
Kampanye Go Green Si Kodok Ijo
Dua : Si Maskot Kura-kura Sukowati
Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja. Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut, hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah mendarat di mulut orang dan binatang dan mereka pun memakannya sampai segala sesuatu di dalam diri mereka berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia. Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa melempar-lempar warna......
(riwayat warna – subcomandante marcos)
Silah simak
Kampanye Keberagaman Si Kura-kura Pasar Sukowati
Baca juga
Si Maskot Perjalanan Cahaya
Si Maskot Trivia
Si Maskot Yoyo dan Gasing
Si Maskot Bunga
Si Maskot Perahu Bajo
Kamis, 25 Juni 2009
Kompilasi Artikel Lawan Neoliberalisme
Neoliberalisme, Krisis Kapitalisme dan Wacana Tandingnya
Definisi Singkat Neoliberalisme - Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia
Neoliberalisme - Revrisond Baswir
Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme (Revrisond Baswir – Tim Ahli Pusat Ekonomi Kerakyatan)
Jalan Neoliberal Pak Bud - Revrisond Baswir
Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja - Herry Priyono
Sesat Neoliberalisme - B. Herry-Priyono, Dosen pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Neoliberalisme – Kolonisasi Homo Ekonomikus dan Homo Finansialis - B Herry-Priyono
Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan - B Herry-Priyono :
The End of Laissez-Faire - Sri-Edi Swasono
Mewaspadai Neoliberalisme - Sri Edi Swasono
Apa Neoliberalisme Itu?- Kwik Kian Gie
Kerakyatan vs Neoliberal - Ichsanudin Noorsy
Washington Concencus vs Jakarta Concencus - Prof Nizam Jim Wiryawan PhD Guru Besar dalam bidang Ilmu Bisnis Internasional,
Reformasi Ekonomi, Konsensus Washington, dan Rintangan Politik - Ahmad Erani Yustika Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dan Kandidat Doktor di University of Göttingen, Jerman
Neoliberalisme dan Warganegara - I Wibowo (ditor buku “Neoliberalisme” (Yogyakarta, Cindelaras: 2003)
Neoliberalisme Kena Batunya - Martin Manurung
Neoliberalisme Telah Mati - Akhmad Kusaeni
Lonceng Kematian Era Pasar Bebas - Joni Murti Mulyo Aji
Menelanjangi Liberalisme - Ahmad Erani Yustika
Kosmologi Krisis Moneter - Yasraf Amir Piliang
Rakus – Caping Gunawan Muhammad
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Yayasan Mubyarto (YasMuby) Jogjakarta dan Mubyarto Institute (Mubins)
Sejarah dan Kebhinekaan: Merumuskan Kembali Keindonesiaan - I Gusti Agung Ayu Ratih Kita,
FORMASI NEGARA NEOLIBERAL DAN KEBANGKITAN KOMUNALISME - Eric Hiariej (Pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
Good Governance dan Mitos Ketatanegaraan Neoliberal - R. Herlambang Perdana Wiratraman
KAPITALISME BENCANA DAN BENCANA KAPITALISME – Don Marut
Neoliberal dan Kejahatan Multinasional - Bonnie Setiawan (IGJ)
Rekayasa Merawat Neoliberalisme: Menggagas Kembali Peran Teknologi untuk Akumulasi Laba - Yanuar Nugroho
Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar
Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Penghapusan Utang - Dani Setiawan – Ketua KAU
Krisis Ekonomi Global dan Sosialisme buat Kaum Kaya - Irwansyah
Memang, tak mungkin sistem kapitalisme tanpa krisis - Ken Budha Kusumandaru
Analisis Pasangan Yudhoyono – Boediono - Fahmy Radhy (Dosen FEB UGM dan Direktur Eksekutif Mubyarto Institute) Analisis : Pasangan Yudhoyono – Boediono
Track Record : Bisnis Capres Cawapres - Dr George Aditjondro
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Lumpur Lapindo dan Praktek Neoliberal - Firdaus Cahyadi
Negosiasi Pertanian WTO Dirancang Untuk Memperparah Kelaparan Di Dunia - Aileen Kwa
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria - Henry Saragih -vKetua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) dan General Coordinator La Via
Campesina, organisasi gerakan buruh tani, petani kecil dan masyarakat adat internasional.
Rezim SBY-JK Gagal Laksanakan Pembaruan Agraria
Rebutan Pangan : TNC dan Penghancuran Petani - Mansour Fakiq
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Noer Fauzi Gelombang Baru Reforma Agraria Di Awal Abad ke-21
Noer Fauzi, Ph.D. Candidate di University of California – Berkeley, Department Environmental Science, Policy and Management (ESPM), Ketua Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria 1995-2002, dan Koordinator Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agraria 2002-2005.
PLN Korban Neolib - Ir A Daryoko – Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Strategis
Prosa Tanpa Tanda Seru : Refleksi Persoalan Globalisasi - Puthut EA
Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas - James Petras
Sebuah Pengantar Tentang Ambruknya Wall Street - Walden Bello
Krisis Finansial Global: Dampaknya terhadap Asia - Reihana Mohideen
Krisis Wall Street: Rakyat Miskin Lagi-lagi Talangi Orang Kaya - Peter Boyle
Venezuela dan Sekutu Amerika Selatannya Majukan Integrasi - James Suggett
Definisi Singkat Neoliberalisme - Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia
Neoliberalisme - Revrisond Baswir
Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme (Revrisond Baswir – Tim Ahli Pusat Ekonomi Kerakyatan)
Jalan Neoliberal Pak Bud - Revrisond Baswir
Agenda Indonesia : Sebuah Bangsa hanya Dibentuk dengan Sengaja - Herry Priyono
Sesat Neoliberalisme - B. Herry-Priyono, Dosen pada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Neoliberalisme – Kolonisasi Homo Ekonomikus dan Homo Finansialis - B Herry-Priyono
Neoliberalisme dan Sifat Elusif Kebebasan - B Herry-Priyono :
The End of Laissez-Faire - Sri-Edi Swasono
Mewaspadai Neoliberalisme - Sri Edi Swasono
Apa Neoliberalisme Itu?- Kwik Kian Gie
Kerakyatan vs Neoliberal - Ichsanudin Noorsy
Washington Concencus vs Jakarta Concencus - Prof Nizam Jim Wiryawan PhD Guru Besar dalam bidang Ilmu Bisnis Internasional,
Reformasi Ekonomi, Konsensus Washington, dan Rintangan Politik - Ahmad Erani Yustika Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dan Kandidat Doktor di University of Göttingen, Jerman
Neoliberalisme dan Warganegara - I Wibowo (ditor buku “Neoliberalisme” (Yogyakarta, Cindelaras: 2003)
Neoliberalisme Kena Batunya - Martin Manurung
Neoliberalisme Telah Mati - Akhmad Kusaeni
Lonceng Kematian Era Pasar Bebas - Joni Murti Mulyo Aji
Menelanjangi Liberalisme - Ahmad Erani Yustika
Kosmologi Krisis Moneter - Yasraf Amir Piliang
Rakus – Caping Gunawan Muhammad
Ekonomi Pancasila, Ekonomi Rakyat, ataukah Ekonomi Kerakyatan?
Yayasan Mubyarto (YasMuby) Jogjakarta dan Mubyarto Institute (Mubins)
Sejarah dan Kebhinekaan: Merumuskan Kembali Keindonesiaan - I Gusti Agung Ayu Ratih Kita,
FORMASI NEGARA NEOLIBERAL DAN KEBANGKITAN KOMUNALISME - Eric Hiariej (Pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
Good Governance dan Mitos Ketatanegaraan Neoliberal - R. Herlambang Perdana Wiratraman
KAPITALISME BENCANA DAN BENCANA KAPITALISME – Don Marut
Neoliberal dan Kejahatan Multinasional - Bonnie Setiawan (IGJ)
Rekayasa Merawat Neoliberalisme: Menggagas Kembali Peran Teknologi untuk Akumulasi Laba - Yanuar Nugroho
Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar
Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Penghapusan Utang - Dani Setiawan – Ketua KAU
Krisis Ekonomi Global dan Sosialisme buat Kaum Kaya - Irwansyah
Memang, tak mungkin sistem kapitalisme tanpa krisis - Ken Budha Kusumandaru
Analisis Pasangan Yudhoyono – Boediono - Fahmy Radhy (Dosen FEB UGM dan Direktur Eksekutif Mubyarto Institute) Analisis : Pasangan Yudhoyono – Boediono
Track Record : Bisnis Capres Cawapres - Dr George Aditjondro
Pemilu Presiden 2009, Mengukuhkan Jalan Rente Ekonomi dan Kekuasaan Politik Modal
Lumpur Lapindo dan Praktek Neoliberal - Firdaus Cahyadi
Negosiasi Pertanian WTO Dirancang Untuk Memperparah Kelaparan Di Dunia - Aileen Kwa
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria - Henry Saragih -vKetua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) dan General Coordinator La Via
Campesina, organisasi gerakan buruh tani, petani kecil dan masyarakat adat internasional.
Rezim SBY-JK Gagal Laksanakan Pembaruan Agraria
Rebutan Pangan : TNC dan Penghancuran Petani - Mansour Fakiq
Seized : Perampasan Tanah untuk Ketahanan Pangan dan Keuangan 2008
Noer Fauzi Gelombang Baru Reforma Agraria Di Awal Abad ke-21
Noer Fauzi, Ph.D. Candidate di University of California – Berkeley, Department Environmental Science, Policy and Management (ESPM), Ketua Badan Pelaksana Konsorsium Pembaruan Agraria 1995-2002, dan Koordinator Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agraria 2002-2005.
PLN Korban Neolib - Ir A Daryoko – Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Strategis
Prosa Tanpa Tanda Seru : Refleksi Persoalan Globalisasi - Puthut EA
Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas - James Petras
Sebuah Pengantar Tentang Ambruknya Wall Street - Walden Bello
Krisis Finansial Global: Dampaknya terhadap Asia - Reihana Mohideen
Krisis Wall Street: Rakyat Miskin Lagi-lagi Talangi Orang Kaya - Peter Boyle
Venezuela dan Sekutu Amerika Selatannya Majukan Integrasi - James Suggett
Neoliberalisme Melahirkan Globalisasi Kemiskinan dan Kesenjangan
Pendukung Neoliberalisme = Pendukung Genosida.
Neoliberalisme Memang Menjijikan!!! (bagian pertama)
Neoliberalisme membunuh sama kejamnya dengan Nazisme Hitler. Noeliberalisme membunuh secara massif, perlahan dan sistimatis, sedangkan Nazisme Hitler membunuh secara massif, cepat dan sistimatis. Keduanya hakekatnya adalah KEJAHATAN HAM BERAT GENOSIDA.
Ketika Neoliberalisme semakin dominan, fakta menunjukkan globalisasi kemiskinan dan ketimpangan semakin menggila pula. Korporasi-korporasi besar dan golongan elit telah menjadi semakin kaya raya sementara kaum miskin semakin terpuruk dan termiskinkan bahkan hingga menderita kelaparan dan masalah kesehatan kronis yang mematikan. Mewabah bak pendemi.
Karenanya jangan heran bahwa dalam 10 tahun masa reformasi ini (ketika penetrasi neoliberalisme semakin meluas melalui IMF, Bank Dunia, ADB, USAID serta korporasi multinasional, dll) kemiskinan dan ketimpangan semakin meluas dan mendalam. Jangan heran pula dengan kekayaan yang dimiliki oleh elit politik dan/yang sekaligus adalah elit ekonomi, kelas penguasa-borjuasi yang menjadi komprador/antek kepentingan rezim ekonomi global.
Selengkapnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/06/neoliberalisme-biang-kerok-globalisasi.html
Neoliberalisme Memang Menjijikan!!! (bagian pertama)
Neoliberalisme membunuh sama kejamnya dengan Nazisme Hitler. Noeliberalisme membunuh secara massif, perlahan dan sistimatis, sedangkan Nazisme Hitler membunuh secara massif, cepat dan sistimatis. Keduanya hakekatnya adalah KEJAHATAN HAM BERAT GENOSIDA.
Ketika Neoliberalisme semakin dominan, fakta menunjukkan globalisasi kemiskinan dan ketimpangan semakin menggila pula. Korporasi-korporasi besar dan golongan elit telah menjadi semakin kaya raya sementara kaum miskin semakin terpuruk dan termiskinkan bahkan hingga menderita kelaparan dan masalah kesehatan kronis yang mematikan. Mewabah bak pendemi.
Karenanya jangan heran bahwa dalam 10 tahun masa reformasi ini (ketika penetrasi neoliberalisme semakin meluas melalui IMF, Bank Dunia, ADB, USAID serta korporasi multinasional, dll) kemiskinan dan ketimpangan semakin meluas dan mendalam. Jangan heran pula dengan kekayaan yang dimiliki oleh elit politik dan/yang sekaligus adalah elit ekonomi, kelas penguasa-borjuasi yang menjadi komprador/antek kepentingan rezim ekonomi global.
Selengkapnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/06/neoliberalisme-biang-kerok-globalisasi.html
Senin, 22 Juni 2009
AIKONISASI ZAPATISTA (EZLN) : Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas
Persembahan musisi RAGE AGAINTS THE MACHINE (Album Battle Of Mexico) untuk Gerakan Masyarakat Adat Zapatista
perjalanan ke pedalaman dan hutan Mexico hingga Los Angeles untuk merekam perjuangan melawan tirani dan penindasan mesin-mesin kapital, dan mesin-mesin kekuasaan, bersama Zach de la Rocha (vokalis Rage Againts the Machine band asal Los Angeles) dan Noer Fauzi intelektual dan pegiat gerakan sosial Indonesia
(Muchas Trampas Politicas istilah dalam bahasa Spanyol yang kurang lebih bermakna praktik yang cerdas melakukan manuver-manuver dan siasat-siasat untuk membuka, menerobos, membuat dan memanfaatkan peluang politik. Tapi, dalam penggunaan lain bisa juga berarti terperangkap setelah melakukan pembukaan, penerbososan dan pemanfaatan peluang politik)
Rage Againts the Machine (RAG) band hip-hop-rap-rock asal Los Angeles ini mendedikasikan lagu-lagunya demi solidaritas dan dukungan terhadap perjuangan masyarakat adapt Zapatista di Mexico. Berikut ini kami himpun film dokumenter perjalanan Zach de la Rocha (vokalis RAG) untuk merekam geliat dan dinamika perjuangan Zapatista yang memberikan inspirasi untuk gerakan sosial di seluruh dunia. Untuk lebih mengetahui gerakan Zaaptismo kami sertakan satu tulisan kawan Noer Fauzi AIKONISASI ZAPATISTA : Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas. Artikel ini adalah pengantar untuk Buku Bayang Tak Berwajah (Dokumen Perlwanan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista) Insist Press 2003. Walau sudah lawas (lama) artikel ini dan kiprah RAG ini masih tetap relevan, untuk memperkuat spirit perlawanan dan spirit pembebasan gerakan sosial di negeri ini
Salam pembebasan
RESIST! REVOLT!!
Selengkapnya
perjalanan ke pedalaman dan hutan Mexico hingga Los Angeles untuk merekam perjuangan melawan tirani dan penindasan mesin-mesin kapital, dan mesin-mesin kekuasaan, bersama Zach de la Rocha (vokalis Rage Againts the Machine band asal Los Angeles) dan Noer Fauzi intelektual dan pegiat gerakan sosial Indonesia
(Muchas Trampas Politicas istilah dalam bahasa Spanyol yang kurang lebih bermakna praktik yang cerdas melakukan manuver-manuver dan siasat-siasat untuk membuka, menerobos, membuat dan memanfaatkan peluang politik. Tapi, dalam penggunaan lain bisa juga berarti terperangkap setelah melakukan pembukaan, penerbososan dan pemanfaatan peluang politik)
Rage Againts the Machine (RAG) band hip-hop-rap-rock asal Los Angeles ini mendedikasikan lagu-lagunya demi solidaritas dan dukungan terhadap perjuangan masyarakat adapt Zapatista di Mexico. Berikut ini kami himpun film dokumenter perjalanan Zach de la Rocha (vokalis RAG) untuk merekam geliat dan dinamika perjuangan Zapatista yang memberikan inspirasi untuk gerakan sosial di seluruh dunia. Untuk lebih mengetahui gerakan Zaaptismo kami sertakan satu tulisan kawan Noer Fauzi AIKONISASI ZAPATISTA : Menyaksikan Pesona Muchas Trampas Politicas. Artikel ini adalah pengantar untuk Buku Bayang Tak Berwajah (Dokumen Perlwanan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista) Insist Press 2003. Walau sudah lawas (lama) artikel ini dan kiprah RAG ini masih tetap relevan, untuk memperkuat spirit perlawanan dan spirit pembebasan gerakan sosial di negeri ini
Salam pembebasan
RESIST! REVOLT!!
Selengkapnya
Menunggu Aba-aba : Bayi Bertato, Kepompong dan Pisau Sangkur
Bagi saya karya-karya Haris Purnomo dalam pameran Kaum Bayi : Alegori Tubuh-tubuh yang Patuh ini adalah kritik atas peradaban, kekerasan dunia orang dewasa, kekerasan tatanan masyarakat baik di lapangan politik, ekonomi, budaya, teknologi terhadap alam dan sesama manusia. Bumi air tanah tumbuh bayi-bayi mungil dengan tato sekujur tubuh, dalam bedong ber-pisau sangkur. Hangat kepompong dalam proses metamorfosis menjadi bentuk lain, kepribadian lain.
Mereka Menunggu Aba-aba!!!!
grekgrek, grekgrek, grengkek, grekgek atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
grek grek suara motor penggerak pisau sangkur menghipnotis ruang bentara budaya yang temaram mencabik kenyamanan, membuat ngeri, seperti dengkur pasukan perang, tentara pembunuh ...... alien, mutan, monster...
atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
Mereka Menunggu Aba-aba!!!
selengkapnya
Mereka Menunggu Aba-aba!!!!
grekgrek, grekgrek, grengkek, grekgek atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
grek grek suara motor penggerak pisau sangkur menghipnotis ruang bentara budaya yang temaram mencabik kenyamanan, membuat ngeri, seperti dengkur pasukan perang, tentara pembunuh ...... alien, mutan, monster...
atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
Mereka Menunggu Aba-aba!!!
selengkapnya
Defacement Teguh Ostenrik : Topeng-topeng di Panggung Sandiwara?
puluhan wajah-wajah manusia, topeng-topeng di panggung sandiwara?
(bagian pertama dari 5)
seribu wajah
bumi, air, udara, kesuburan, bebatuan, bahan tambang, sungai, ngarai, debur ombak, puluhan ribu pulau di hampar sabang merauke, lahar, gunung api, krakatau 1883, homo erectus, homo soloensis, asin laut, asam, basa, hutan gambut, hutan bakau, savanna, tanah liat, bakau, batu gamping, kapur, khatulistiwa, panas menggigit kering kerontang, kubur kajang, dingin mengigit atap langit bersalju di papua, geologi, ekologi, biologi, kekayaan alam, perjumpaan peradaban, migrasi bangsa-bangsa,
negeri ini tergeletak kalah atau menang diantara dua benua dan dua samudera?
melahirkan seribu neka suku bangsa, bahasa, ekspresi budaya, kalah atau menang?
sesungguhnya negeri ini tanah tumbuh, bahan baku, ekpresi kesenian dan kebudayaan tak habis-habisnya, teramat kaya dan menakjubkan.
orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat batu dan kayu jadi tanaman……..
koesplus bicara tentang suburnya tanah di negeri ini, teguh ostenrik melalui pameran tunggalnya “defacement” (yang disiapkan oleh ide global art, gedung arsip nasional 25-29 arpil lalu) bicara tentang ragam ekspresi wajah manusia yang sama kayanya.
demikian pula kayu, batu, besi bekas, ban bekas, plastik bekas, kulit kayu, beling, perca atau bahkan sisa potongan rambut tukang cukur melalui olah pikir, rasa dan tangan-tangan terampil semua itu bisa menjadi bahan baku karya seni yang hebat.
pada pameran ‘deFACEment” ini teguh memulung besi bekas, dan mengolah di bengkelnya menjadi puluhan instalasi rupa wajah-wajah . Kemudian untuk menampilkan kesan lebih kuat atas keusangan, ia torehkan zat kimia untuk menambah karat…..
tercium kehadiranmu
selengkapnya
(bagian pertama dari 5)
seribu wajah
bumi, air, udara, kesuburan, bebatuan, bahan tambang, sungai, ngarai, debur ombak, puluhan ribu pulau di hampar sabang merauke, lahar, gunung api, krakatau 1883, homo erectus, homo soloensis, asin laut, asam, basa, hutan gambut, hutan bakau, savanna, tanah liat, bakau, batu gamping, kapur, khatulistiwa, panas menggigit kering kerontang, kubur kajang, dingin mengigit atap langit bersalju di papua, geologi, ekologi, biologi, kekayaan alam, perjumpaan peradaban, migrasi bangsa-bangsa,
negeri ini tergeletak kalah atau menang diantara dua benua dan dua samudera?
melahirkan seribu neka suku bangsa, bahasa, ekspresi budaya, kalah atau menang?
sesungguhnya negeri ini tanah tumbuh, bahan baku, ekpresi kesenian dan kebudayaan tak habis-habisnya, teramat kaya dan menakjubkan.
orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat batu dan kayu jadi tanaman……..
koesplus bicara tentang suburnya tanah di negeri ini, teguh ostenrik melalui pameran tunggalnya “defacement” (yang disiapkan oleh ide global art, gedung arsip nasional 25-29 arpil lalu) bicara tentang ragam ekspresi wajah manusia yang sama kayanya.
demikian pula kayu, batu, besi bekas, ban bekas, plastik bekas, kulit kayu, beling, perca atau bahkan sisa potongan rambut tukang cukur melalui olah pikir, rasa dan tangan-tangan terampil semua itu bisa menjadi bahan baku karya seni yang hebat.
pada pameran ‘deFACEment” ini teguh memulung besi bekas, dan mengolah di bengkelnya menjadi puluhan instalasi rupa wajah-wajah . Kemudian untuk menampilkan kesan lebih kuat atas keusangan, ia torehkan zat kimia untuk menambah karat…..
tercium kehadiranmu
selengkapnya
SOS Pemanasan Global : Melampaui Politik dan Ekonomi
Catatan dari pameran Komedi Putar (Seni Rupa Gasing) dengan garapan tema Pemilu 2009 yang diadakan oleh Bentara Budaya (19-31 Mei 2009).
Bumi tua itu makin padat, panas, dan rusak. Mungkinkah bumi akan berhenti berputar seperti gasing yang berhenti berputar? Begitulah pesan yang ingin didesakkan Anggar Prasetyo dalam karya rupa gasingnya "Global Warming".
Keserakahan harus dihentikan. Mahatma Gandhi menyatakan bumi cukup untuk semua orang tetapi tidak untuk keserakahan segelintir orang. Pilihan kita adalah langgengnya kehidupan bukan kematian berkelanjutan.
Adakah komedi putar pemilu dan politik yang mempermainkan dan menghina rakyat (artinya menghina ibu bumi, membunuh ibu kehidupan) akan terus dilanjutkan?
Barangkali jawabnya sederhana kembali ke akar dan keseimbangan. Seperti gasing yang dahulu hidup di dalam tradisi berbagai kelompok masyarakat di Nusantara. Bukan sekedar permainan tetapi yang utama adalah produk kebudayaan. Ia adalah penanda kesadaran kosmologi tentang pertanian, kesuburan dan daya hidup matahari (reproduksi alam dan manusia).
Kita harus berpikir dan betindak melampaui praktek politik kekuasaan (demi kekuasaan), praktek ekonomi (keserakahan demi akumulasi kekayaan segelintir orang sebagai kebajikan) hari ini? Kita harus melampaui Capres dan Cawapres yang manggung hari ini!
Musim Ngedan - Putu Sutawijaya
Serakah – Hermanu
Selengkapnya
Bumi tua itu makin padat, panas, dan rusak. Mungkinkah bumi akan berhenti berputar seperti gasing yang berhenti berputar? Begitulah pesan yang ingin didesakkan Anggar Prasetyo dalam karya rupa gasingnya "Global Warming".
Keserakahan harus dihentikan. Mahatma Gandhi menyatakan bumi cukup untuk semua orang tetapi tidak untuk keserakahan segelintir orang. Pilihan kita adalah langgengnya kehidupan bukan kematian berkelanjutan.
Adakah komedi putar pemilu dan politik yang mempermainkan dan menghina rakyat (artinya menghina ibu bumi, membunuh ibu kehidupan) akan terus dilanjutkan?
Barangkali jawabnya sederhana kembali ke akar dan keseimbangan. Seperti gasing yang dahulu hidup di dalam tradisi berbagai kelompok masyarakat di Nusantara. Bukan sekedar permainan tetapi yang utama adalah produk kebudayaan. Ia adalah penanda kesadaran kosmologi tentang pertanian, kesuburan dan daya hidup matahari (reproduksi alam dan manusia).
Kita harus berpikir dan betindak melampaui praktek politik kekuasaan (demi kekuasaan), praktek ekonomi (keserakahan demi akumulasi kekayaan segelintir orang sebagai kebajikan) hari ini? Kita harus melampaui Capres dan Cawapres yang manggung hari ini!
Musim Ngedan - Putu Sutawijaya
Serakah – Hermanu
Selengkapnya
Langganan:
Postingan (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat