RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Kamis, 05 Maret 2009

Sastra dan Peradaban (I)

Pada Awal Mula, Segala Sastra adalah Religius

Dalam diskusi ‘Sastra dan Pemberadaban’ yang diselenggarakan oleh Bale Satra Kecapi, Kompas dan Bentara Budaya, Putu Wijaya menyebutkan bahwa pemberadaban sangat potensial dimainkan oleh sastra tetapi juga agama, pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Menurut saya Putu agak kurang tepat menempatkan pendidikan di dalamnya. Bukan karena pendidikan tidak pokok dan penting untuk pemberadaban, tetapi lebih karena pendidikan adalah salah satu proses atau sarana untuk menjadikan ketiganya sastra, agama, ilmu pengetahuan ‘bekerja’ untuk perberadaban.

Demikian ketimbang menempatkan agama atau religi, menurut saya lebih tepat digunakan religiositas. Karena religiositas lebih dalam dan luas dari pada agama, seperti dikatakan oleh Romo Mangun agama lebih menunjukkan kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada “dunia atas” dalam aspeknya tang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya serta keseluruhan organisasi tafsir Alkitab dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan. Sedang religiositas menurutnya lebih melihat aspek yang “didalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa.


selanjutnya

Tidak ada komentar: