RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Sabtu, 28 Maret 2009

Suara Berjuang Wiji Thukul Hingga Masa Pemilu 2009 Ini

Berikut ini adalah beberapa petikan puisi Wiji Thukul seperti diulas Wahyu Susilo dalam artikelnya Pemilu dalam Puisi-puisi Wiji Thukul (Kompas 15 Februari 2009).

Satu dan dua ataupun tiga,
Semua sama sama bohongnya,
Milih boleh, tidak memilih boleh,
Jangan memaksa, itu hak gue

(Satu, dua dan tiga, Wiji Thukul, 1992)

...

Kami tak percaya lagi pada itu, partai politik,

Omongan kerja mereka tak bisa bikin perut kenyang,

Mengawang jauh dari kami punya persoalan

Bubarkan saja itu komidi gombal,

Kami ingin tidur pulas,

Utang lunas,

Betul-betul merdeka,

Tidak Tertekan,

Dari puisi ”Aku Menuntut Perubahan” yang ditulis menjelang Pemilu 1992.


Pesta Pora Pemilu dan Kesepian Kaum Miskin di Kolong Jembatan


Ironisnya puisi yang dituliskan menjelang pemilu 1992 (juga mewakili wajah pemilu-pemilu lain sepanjang pemerintahan Soeharto), bagi saya masih tetap relevan hingga hari ini setelah Soeharto dipaksa turun.


selanjutnya

Tidak ada komentar: