RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Sabtu, 12 April 2008

Keadilan Ekologi : Green Turning

tJong Paniti di http://ecodisc.blogspot.com

memperkenalkan sahabat dan jejaring Rumah Asa....

Keadilan Ekologi
GREEN TURNING

Ekologi adalah relasi manusia dengan alam. Relasi ini diidealkan untuk selalu menuju kondisi harmonis. Kepentingan manusia (sosial, ekonomi dan politik) tidak mendominasi kepentingan alam. Kerusakan alam menjadi indikator terjadinya dominasi kepentingan manusia terhadap alam sebagai penyedia manfaat.

Politikal ekonomi manusia akhir-akhir ini adalah kekuatan yang mengatur semua sisi kehidupan manusia modern, termasuk kepentingan alam. Terlebih saat rezim di dunia menjadikan alam sebagai sumberdaya yang tak pernah habis (unlimited resources).
Kondisi makro ekonomi sebagai ukuran kemajuan internasional melalui rezim penganut pembangunanisme, telah menjerat negara-negara baru merdeka (negara ketiga) pada paruh abad 21 terlilit utang tak berkesudahan, menjadi negeri kaya sumberdaya alam tapi miskin, menjadi negeri sasaran teknologi dan industri modern dari negara-negara pertama dan kedua. Negara ketiga menggali habis sumberdaya alamnya untuk beradaptasi dan mengejar keserbaketertinggalannya dengan negara maju yang lebih dulu modern.
Kesadaran kelompok-kelompok kritis di negara-negara maju untuk melakukan aksi kembali ke alam (back to nature) yang dipicu oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik yang memburuk menjelang berakhirnya Perang Pasifik (World War II). Kelompok-kelompok anti perang, lingkungan, dan kebudayaan lahir menjadi gerakan sosial alternatif (anti negara). Yang pada perkembangan berikutnya, gerakan lingkungan menjadi gerakan baru, jalan ketiga yang muncul dari tarik-menarik dua kekuatan politik internasional, sosialisme dan liberalisme (meminjam istilah Gidden, 2001).
Gerakan lingkungan, gerakan baru yang membawa nafas idealisme postmodernis (kembali ke tradisi lama) menjalar ke negara-negara ketiga. Sekalipun cukup terlambat dan terdorong untuk memenuhi kepentingan pembangunanisme ala Orde Baru, gerakan lingkungan nasional baru muncul pada 1980-an (KTT Bumi Stockholm) telah memberikan warna kepada wajah pembangunan Indonesia. Pembangunan Berwawasan Lingkungan (yang gagal).

Saat itu pula organisasi-organisasi sipil “apolitis” ini, kelompok sipil yang kritis (menurut Orde Baru disebut OTB-Organisasi Tanpa Bentuk) hanya sekedar menjadi pusat informasi lingkungan hidup di bawah asuhan Kementerian Lingkungan Hidup (PPLH, dulu).
Kompleksitas persoalan sosial, ekonomi, dan politik telah menyebabkan degradasi lingkungan semakin meningkat. Pembangunanisme gagal membangun keharmonisan manusia dan alam. Memasuki era Millinium III, bumi bergonjang. Persediaan minyak dunia menipis, harga mencapai 100 dollar Amerika per barel sesuai prediksi 20 tahun lalu, dunia akan mengalami lonjakan minyak kedua (lonjakan pertama pada 1970-an), deforestasi tinggi, pelanggaran HAM meningkat, biodiversitas menurun, perubahan iklim mengancam kehidupan, kerentanan bencana meningkat, kemiskinan tinggi, jumlah penganguran meningkat dan melanda negara-negara maju, serta teknologi semakin rakus sumberdaya dan energi.

Kondisi yang demikian memunculkan ketidakadilan terhadap manusia, alam dan hubungan di antara keduanya (ekologi). Krisis melanda di semua sektor kehidupan di bumi. Lalu apa jawaban masa kini dari persoalan-persoalan genting tersebut. Keadilan ekologi sebagai jawabannya. Green turning, pelopor hijau! (bersambung).


http://ecodisc.blogspot.com/2008/04/keadilan-ekologi.html

Tidak ada komentar: