RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Kamis, 03 April 2008

Maklumat Kebangkitan Nasional

Jalan Baru, Jalannya Siapa? Indonesia Baru, Indonesia yang Mana?

Orasi politik sekjen Sarekat Hijau Indonesia di acara Deklarasi untuk Bumi dan Kebangkitan Nasional yang digagas oleh Walhi pada tanggal 28 Januari 2008.
(diantaranya di deklarasikan oleh Chalid Muhammad (WALHI); Usman Hamid (Kontras); Hendri Saragih (FSPI); Salma Safitri (Solidaritas Perempuan) Hendri Saparini, Ray Rangkuti; Yudi Latif (akademisi Paramadina); Hilmar Farid (aktifis buruh); Arif Satria (Akedemisi IPB); Siti Maemunah (JATAM),; Patra M Zen; Kusfiardi (KAU); Nurkholis (LBH); Wahyu Susilo (INFID); Romo Mudji Sutrisno (Rohaniawan); Asmara Nababan; Jhonson Panjaitan (PBHI); Rafendi Djamin; Happy Salma (artis); Butet Kertaredjasa (aktor), Agung Putri (Elsam), Hendro Sangkoyo, Franky Sahilatua (seniman), Slamet Daroyni (Walhi)dll)


Jalan Baru, Jalannya Siapa? Indonesia Baru, Indonesia yang Mana?


Sebelum memulai orasi politik ini saya hendak memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tinggi kepada Ibu Werima dari Soroako (berlawan terhadap Inco dan penguasa sejak kanak-kanak), kawan-kawan dari Porong (berlawan terhadap Lapindo dan Penguasa), dan kawan-kawan dari Rinjani yang melalui testimoni telah mengajarkan kepada kami untuk kembali menjadi manusia yang bermartabat…..
(sebelumnya saudara-saudara dari soroako, porong, dan rinjani ini menyampaikan pandangannya di forum)

Secara khusus kepada Ibu Werima saya sampaikan rasa sayang saya, karena bagi saya ibu menjadi perlambang kehidupan. Pemberi hidup, pemelihara hidup. Juga adalah ibu pertiwi yang menegakan rumah Indonesia dan menyusui anak-anak negeri ini…..

……hiduplah Indonesia Raya
(dinyanyikan..)

Selamat siang saudara-saudara, salam sejahtera, dan tegaklah Indonesia Raya.


Tetapi awas, waspadalah dan jangan pernah lupa saudara-saudara, patrikan di benakmu kita tidak akan tertipu Indonesia Raya, yang dilantunkan hari-hari ini didalam acara-acara seremonial penuh gincu di kantor-kantor pemerintahan, wakil rakyat atau peradilan.

Saya menegaskan ini adalah Indonesia Raya yang menggelora , ditengah kepal-kepal tangan kaum tani, nelayan, buruh, miskin kota, pemuda, kaum perempuan yang tiada henti dan terus menerus memperjuangkan hak-hak konstitusionalnya. Menegakan harkat dan martabat dirinya. Menolak miskin, menolak tunduk, menolak takluk, menolak dijajah

Dan sesungguhnya kepal-kepal tangan itu adalah pernyataan sikap, penegasan dan pengukuhan perlawanan terhadap penguasa yang zalim. Penguasa yang menggadaikan negeri ini, penguasa yang menjual negeri ini. Penguasa yang sesungguhnya menjual harkat dan martabat dirinya. Dan sesungguhnya mereka sampah yang harus disingkirkan.

Saat ini, detik ini, di ruang ini sudah tegakkah kepala saudara, sudah terkepalkah tangan saudara dan sudah teracungkah tinju saudara ke angkasa.

Sepi…..


Saudara-saudara,
Beberapa bulan terakhir kita membaca begitu bisingnya lalu lintas pemberitaan, dan pada akhirnya lalu lalang selebriti dan kalangan elit perkotaan yang mendengung-dengung JALAN BARU tentang kebangkitan Indonesia.. Sebut saja Ikrar Kaum Muda atau sebut saja Jalan Baru – Pemimpin Baru atau sebut saja gagasan Restorasi Indonesia. Atau acara hari ini Deklarasi Untuk Bumi dan Kebangkitan Nasional yang digagas oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.


Walau saya menyambut dengan gembira (dan sejujurnya saya juga bagian dari itu) kebangkitan kalangan kelas menengah yang sdar dan terbangunkan ini

Tetapi sesungguhnya beranikah kita mengatakan………, layakkah kita mengatakan……..

Kita, anda, saya berdiri disini di detak jantung kesadaran baru yang tumbuh dari pelajaran perjuangan hidup rakyat yang bersimbah cucuran keringat, airmata dan darah untuk menentang dan menolak tunduk terhadap dominasi negara, pasar atau korporasi maupun persekutuan kotor keduanya yang melahirkan penindasan dan penghisapan.

Tetapi sesungguhnya beranikah kita mengatakan………, layakkah kita mengatakan……..

Kita, anda, saya berdiri disini di detak jantung kesadaran baru yang tumbuh dari pelajaran perjuangan hidup rakyat yang bersimbah cucuran keringat, air mata dan darah untuk kembali menegakan kedaulatan rakyat atas bumi, air, udara dan kekayaan sosial ekonomi yang dikandungnya.

Tetapi sesungguhnya beranikah kita mengatakan………, layakkah kita mengatakan……..

Kita, anda, saya berdiri disini di detak jantung kesadaran baru yang tumbuh dari pelajaran perjuangan hidup rakyat yang bersimbah cucuran keringat, air mata dan darah untuk kembali menegakan penghargaan terhadap bumi, air, udara dan kekayaan alam sebagai sumber kehidupan dan kesejahteraan rakyat dan sekaligus menjadi ruang kelangsungan hidup rakyat.


Sungguhkah kita, beranikah kita menegaskan bahwa sejatinya RAKYAT ADALAH KEKUATAN UTAMA JALAN BARU. Murba, Kromo, Wong Cilik, Proletar, Marhaen Massa Rakyat adalah kekuatan utama jalan baru. Murba, kromo, wong cilik, proletar, marhaen, massa rakyat yang BERHIMPUN, GEGAP GEMBITA, GEMURUH, MENGGELEDAK dan BERGULUNG-GULUNG menegakkan rumah INDONESIA RAYA.

Sesungguhnya beranikah kita mengatakan bahwa perjuangan rakyat semesta adalah keniscayaan untuk lahirnya kembali Indonesia Raya, Indonesia Baru yang bermartabat. Singkirkan keraguan untuk menempatkan rakyat sebagai pilar dan kekuatan utama.


Saudara-saudara ketika saya mengatakan kepal-kepal tangan janganlah menjadi cemas dan takut dengan gelombang massa rakyat, tetapi adalah tangan-tangan yang sama siap bertaut erat dengan tangan-tangan lain, tangan-tangan yang siap berjabat tangan dan tangan-tangan yang siap berkeringat bekerja membangun Indonesia Raya, menentukan nasibnya sendiri.

Karena itu kita sebagai bagian rakyat Indonesia yang menolak tunduk harus mempersenjatai diri dengan 4 hal.

Pertama, kepercayaan diri dan persaudaraan orang-orang merdeka
Kedua, organisasi
Ketiga, cita-cita politik bersama
Keempat, kepemimpinan.



Saudara-saudara
Di dalam derap perjuangan hidup sehari-hari kaum tani dan buruh tani, masyarakat adat, nelayan, buruh pabrik, buruh migran, pedagang kaki lima dan asongan, guru rendahan, pegawai rendahan, pengusaha kecil menengah, pemuda dan mayoritas rakyat di pelosok negeri, perjuangan menegakkan harkat dan martabat manusia menjadi nyata dan hidup.

Inilah makna perjuangan yang sejati yang menjadi dasar perumusan serta batu fondasi Negara Indonesia seperti dirumuskan di dalam Pembukaan Konstitusi.

“bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Ini adalah kontrak sosial, ini adalah surat hutang negara untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarakan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Kembali ke pada tali mandat dan kontrak sosial 17 Agustus 1945 ini bukanlah perjalanan kepada paham dan semangat kebangsaan sempit, tetapi ini adalah bagian yang terpisahkan dari perjuangan untuk menegakkan harkat dan martabat semua manusia di semua negeri.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB pun menegaskan “Semua rakyat mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Atas kekuatan hak itu, mereka dengan bebas menentukan status politiknya dan bebas mengejar perkembangan ekonomi, sosial dan budaya”.


Ketika kita berbicara Jalan Baru, Indonesia Baru, sebenarnya kita akan menemukan bahwa perjalanan itu sesungguhnya bukan sesuatu yang asing, jauh, diawang-awang tetapi kita memulai dengan kembali ke jiwa konstitusi seperti tertuang dalam pembukaan konstitusi kita.

‘bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa……

Kita inginkan merdeka di bidang politik dan merdeka di bidang ekonomi….

Mari kita usah ragu untuk mengibarkan kembali panji-panji MERDEKA 100% yang pernah di acungkan oleh Front Persatuan, oleh Tan Malaka dan Jenderal Sudriman.


Ada jutaan kepal-kepal tangan yang mengacung ke angkasa…..

Tetapi ratusan juta rakyat negeri ini sesungguhnya mengepalkan tangan di dada menyimpan amarah mereka sendiri, di dalam sepi…..


Karena tugas sejarah kita untuk menyatukan kepal-kepal tangan di angkasa itu, dan membangkitkan kesadaran, kepercayaan diri kepal-kepal tangan yang sepi sendiri dan mempersenjatai mereka dengan organisasi dan cita-cita politik bersama. Mulailah dengan cita-cita politik, kembali ke jiwa konstitusi kita. Dasar berdiri dan tegaknya rumah Indonesia Raya. Dari sanalah kita merumuskan kapal Indonesia yang jaya mengarungi samudra yang penuh gejolak hari ini.

Patrikan ini di kepala kita. Sesunguhnya tak perlu jauh-jauh, cita-cita politik adalah apa yang dipikirkan, dirasa dan diperjuangkan oleh kaum kaum tani dan buruh tani, masyarakat adat, nelayan, buruh pabrik, buruh migran, pedagang kaki lima dan asongan, guru rendahan, pegawai rendahan, pengusaha kecil menengah, pemuda. Murba, Kromo, Wong Cilik, Proletar, Marhaen dan massa rakyat

Saya ingin menutup orasi politik ini dengan menjumpai Lao Tzu dan de Mello


Kau kira bagaimana saya, Chalid Muhammad, Rizal Ramli, Yudi Latif, Ray Rangkuti, kalangan intelektual, elit perkotaan, kelas menengah yang sadar dan terbangunkan, TERHUBUNG dengan masyarakat di Soroako, Porong, Rinjani dan di tempat manapun penindasan di hadapi dengan keteguhan perlawanan massa Rakyat.



Boneka Garam

Sebuah boneka garam
berjalan beribu-ribu kilometer
menjelajahi daratan sampai akhirnya
ia tiba di tepi laut

Ia amat terpesona oleh pemandangan baru,
massa yang bergerak-gerak,
berbeda dengan segala sesuatu
yang pernah ia lihat sebelumnya

Siapakah kau?” tanya boneka garam kepada laut

Sambil tersenyum laut menjawab:
“Masuk dan lihatlah!”

Maka boneka garam itu menceburkan diri ke laut.
Semakin jauh masuk ke dalam laut,
ia semakin larut,
Sampai hanya tinggal segumpal kecil saja.
Sebelum gumpalan terakhir larut,
boneka itu berteriak bahagia:
“Sekarang aku tahu, siapakah aku!.

Deklarasi untuk Bumi dan Kebangkitan Nasional, Ikrar Kaum Muda, Jalan Baru Pemimpin Baru apakah akan tinggal sebagai bongkah-bongkah garam, boneka garam atau akan melebur di lautan luas.


Lantas siapakah Pemimpin itu?!!!! Kalian itukah……? Mari menjumpai Lao Tzu.


Berjalanlah bersama rakyat
Tinggal bersama mereka
Belajar dari mereka
Cintailah mereka
Mulailah dengan apa yang mereka ketahui
Membangunlah dari apa yang mereka miliki
Hanya dengan pemimpin-pemimpin yang terbaik
Ketika pekerjaan sudah selesai dan tujuan tercapai
Rakyat akan berkata
Kita telah melakukannya sendiri
(Lao Tzu)

Saat ini, detik ini, di ruang ini sudah tegakkah kepala saudara, sudah terkepalkah tangan saudara dan sudah teracungkah tinju saudara ke angkasa.

Hingar bingar……


Saudara-saudara pada akhirnya saya harus mengatakan perjuangan ini haruslah dilandaskan panggilan sejati setiap manusia, untuk menemukan panggilan hidupnya untuk membangun kehidupan dengan dasar kasih dan hanya kasih.

Salam DAMAI untuk kita semua orang-orang merdeka, orang-orang yang tetap menjaga asa menolak tunduk dan terus berlawan.

INILAH BUMI MANUSIA, DIMANA KEBANGKITAN INDONESIA SEGERA MENJADI NYATA.


…….hiduplah Indonesia Raya…. (dinyanyikan)



Andreas Iswinarto
Sekjen Sarekat Hijau Indonesia



Maklumat Kebangkitan Nasional : Berbuat untuk Bumi dan Kebangkitan Indonesia

(Catt: Maklumat ini dibacakan secara bersama para aktifis HAM dan lingkungan, masyarakat, di saksikan kurang lebih 300 orang, di Pusat Perfilm-an Haji Usmar Ismail, Kuningan, Maklumat ini dijadikan sebagai Deklarasi dalam momentum sejarah : 100 Tahun Kebangkitan Nasional (1908-2008) "Berbuat untuk Bumi dan Kebangkitan Indonesia").

Jakarta, 28 Januari 2008

Kami menyatakan keprihatinan yang mendalam atas berulangnya bencana ekologis berupa banjir, longsor, gelombang-pasang, kekeringan, gagal tanam, gagal panen, kebakaran hutan, kelaparan dan busung lapar yang terus menimpa bangsa ini. Tercatat sembilan bulan dalam setahun Indonesia menguras sumberdayanya untuk mengurus bencana. Sungguh sebuah ironi dari suatu kesalahan sistematik negara dalam melakukan pengurusan alam yang telah berlangsung lama.

Kami sangat menyesalkan kegagalan pengurus negara pada semua tingkatan dalam melindungi dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Pengurus negara juga gagal melindungi secara menyeluruh lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat dari keserakahan dan kuasa korporasi, dominasi lembaga-lembaga keuangan internasional dan negara-negara utara, serta kepentingan elit politik. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang dipandu prinsip “jual murah, jual cepat dan jual habis” beraikbat pada kehancuran lingkungan hidup dan pelanggaran hak-hak azasi manusia. Lilitan utang, korupsi dan makin menipisnya sumberdaya alam mendorong negara dan bangsa ke ambang kebangkrutan.

Tetapi kami tidak pernah larut dalam keprihatinan. Kehendak untuk bangkit sebagai bangsa akan terus kami kobarkan. Kemandirian, solidaritas dan soliditas rakyat akan terus kami bangun. Momentun 100 tahun Kebangkitan Nasional (1908-2008) adalah waktu yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan politik serta bencana ekologis yang akit, menuju Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, bermartabat serta bebas dari segala bentuk penjajahan.

”Saatnya bangkit dan berbuat, Untuk bumi ini dan Indonesia!”

1 komentar:

korban lapindo mengatakan...

Bung Andreas,

Kapan ke Porong? Kapan gerakan ini secara langsung berdiri bersama dengan ratusan ribu! korban lumpur? Setelah 2 tahun, kami tidak bisa lagi menunggu, harus ada upaya konkret dari pihak2 yang menyatakan peduli dengan kami. Kalo tidak, anda sama saja dengan mengeksploitasi penderitaan kami.

Jadi Bung Andreas,

Kapan ke Porong?


korbanlapindo