(30 tahun, delapan bulan, dan dua puluh dua hari kekuasaan Orde baru ini), secara ekonomi, politik dan budaya tidak bisa diterima dan tidak bisa lagi dipertahankan oleh rakyat Indonesia. Terbukti : kaum buruh mulai melakukan pemogokan di berbagai kawasan industri; kaum tani melakukan aksi-aksi menentang penggusuran; para mahasiswa berdemontrasi menentang (penindasan) atas kebebasan akademik; para agamawan menolak (intervensi militer); para suku anak dalam di Papua Barat dan Kalimantan menantang penghisapan oleh Jakarta; Di Timor Timur, rakyat Maubere tidak pernah berhenti melawan penyerbuan militer dan (penjajahan) oleh rejim Orde Baru; rakyat Aceh dan Papua Barat menuntut hak penentuan nasib sendiri. Metode-metode perlawanan rakyat juga terus meningkat melalu aksi-aksi massa besar-gabungan antar sector masyarakat, menduduki DPR, menyerbu kantor polisi dan markas militer, konfrontasi dengan militer, hingga produksi selebaran-selebaran yang masif. Intinya : ketidakpuasan rakyat terjadi dimana-mana; rakyat sudah tidak rela hidup di bawah rejim Orde Baru. Sistem ekonomi, politik, budaya sekarang ini, yang dijaga oleh ..............(garda militer yang berlindung di bawah dwifungsi ABRI harus dicabut).... Militer menjarah lorong-lorong kehidupan masyarakat sipil, persis dengan hakekat kemiliterannya, sebagai penyandang senjata lebih-lebih dengan hakekat kemiliteran Orde baru – tak terusik oleh sejarah pencerahan abad pertengahan sekalipun. Masyarakat sipil modern yang bersenjata harus memiliki (otoritas mutlak terhadap militer), menjadikan militer (meminjam istilah masyarakat Perancis) sebagai si Raksasa Bisu la Grande Muette– (tak ada satu kata pun tentang politik –baca:kekuasaan- dari moncong senjata. Oleh karena itu : Rakyat harus mencabut dwifungsi ABRI).........
Menurut Daniel Dhakidae (Cendekiawan dan Kekuasaan, Gramedia 2003) dokumen yang dipublikasikan pada tahun 1996 ini luar biasa (cermati kata-kata di dalam kurung diatas). Pertama, membilang hari demi hari, 30 tahun, delapan bulan, dan dua puluh dua hari, yang dikuasai Orba dalam membina kekuasaannya bukan saja menarik perhatian akan tetapi menunjukkan intensitas penghayatan yang menakjubkan. Kedua, mengatakan bahwa ekspansi ke Timor-Timur sebagai penjajahan, pada tahun 1996, adalah suatu loncatan paradigma politik Indonesia seperti belum pernah dikumandangkan dalam kosa-kata politik Indonesia sampai hari itu. Ketiga, ini bukan yang pertama akan tetapi mengumumkan penghapusan Dwi Fungsi ABRI dan mengembalikan superioritas sipil dan membuat militer sebagai ’raksasa bisu’ adalah sesuatu yang hampir tak terbayangkan dalam politik Indonesia. Keempat, mengatakan bahwa sistem ekonomi, politik dan budaya ’yang ada sekarang sedang bangkrut” pada tahun 1996 mendekati suatu rangkaian ungkapan profetik bila dibandingkan dengan pembelaan Bank Dunia tentang fundamental ekonomi yang sehat. Namun, itu pula menjadi ungkapan profetik terdekat ketika seluruh sistem sosial, politik, budaya benar-benar bangkrut pada tahun 1998.....
Anak-anak muda yang mengeluarkan manifesto di 22 juli ini kemudian memposisikan diri memberi dukungan total terhadap Megawati sebagai pemimpin partai oposan yang sedang dihancurkan melalui penyembelihan militer terhadap para pengurus dan aktivisnya. Anak-anak muda PRD yang kemudian dilindungi oleh seorang pastor katolik inilah yang kemudian dianggap sebagai actor intelektual rusuh pasca penyembelihan PDI oleh rejim Orba, dengan ancaman tembak ditempat.Inilah resonansi dan kulminasi kesadaran, dari virus jadi endemi bahkan pendemi semangat berlawan.
Maka syair Peringatan yang ditulis seniman melarat dan kurus krempeng Wiji Thukul tahun 1986 menemukan momentumnya dari energi menjadi cahaya ”Hanya ada satu kata : lawan!”.
Kata ’sakti’ ini, pekik perlawanan yang kemudian tidak saja diteriakan PRD tapi juga oleh mahasiswa dari segala kecenderungan ideologi, tapi juga guru, pekerja kerah putih, ibu-ibu, para lurah dan semua lapis masyarakat lain (bahkan yang memalukan juga oleh politisi reformis gadungan).
Demikian pula penghilangan paksa, penculikan, yang dialami banyak aktivis termasuk (yang terkasih alm?) Wiji yang kemudian dikeraskan resonansinya oleh (yang terkasih alm) Munir dengan Kontrasnya, terus menggulirkan bola salju perlawanan, perjalanan yang niscaya menuju penghapusan dwifungsi ABRI dan turunnya Soeharto.
Ini adalah contoh tentang daya ungkit, atau totok jarum di titik yang tepat, kecerdasan mengelola kata sebagai senjata, kecerdasan membaca konteks dan menemukan/menciptakan momentum.Bila disini ada ”Hanya Satu Kata : Lawan!, maka di Mexico ada ‘Ya Basta” yang tidak saja mengguncangkan dan menggerakan pro-dem di Mexico, tapi juga pemantik semangat berlawan yang masif terhadap imperialisme Amerika dan Neo-Liberalismenya diseluruh dunia terutama awalnya di Amerika Latin dan negara-negara maju”.
Cermati berikut iniDEKLARASI PERANG EZLN : Hari ini Kami serukan YA BASTA (Cukup Sudah)!
”Kami ini hasil dari 500 tahun perjuangan: pertama kami berjuang melawan perbudakan, lalu melawan Spanyol semasa perang kemerdekaan, kemudian dengan menolak dihisap oleh imperialisme Amerika Utara, lantas ketika meresmikan konstitusi kita dan mengusir pergi kekaisaran Perancis dari tanah ini.....Namun hari ini kami serukan “Ya Basta!”Kamilah ahli waris pendiri sejati negeri kita ini..........”
Maka bergeraklah Tentara Pembebasan Nasional Zapatista melakukan pemberontakkan di negara bagian Chiapas Meksiko Tenggara. Dalam waktu singkat Kotapraja San Cristobal de las Casas, ocosingo, Las Margaritas, Altamarino, Chanal, Oxchuc dan Huixan diduduki kaum pemberontak. Sejumlah gerilyawan dengan pimpinan Marcos, subcomandante bertopeng dengan caklong tembakaunya, pas pus, pas pus, dan dengan beribu halaman surat-suratnya, komunike, prosa, kisah dan dongeng-dongengnya yang luar biasa dan mampu mengubah dan menggerakan dunia.Hidup bersama-sama komunitas masyarakat adat dan bergerak secara dinamis, menguatkan identitas diri, komunitas, mereka-reka mimpi masa depannya dan mewujudkan mimpi mereka tentang tatanan masyarakat yang ideal. Dari semangat berlawan, menjadi semangat imaginatif dan kreatif menawarkan alternatif gerakan dan tatanan yang baru, keluar dari mindset yang ada (termasuk tirani cara pandang lama dan tirani ideologi-ideologi dominan).
Dalam penutup komunikenya disebutkan :
”Tiap orang sedang bermimpi di negeri ini. Kini saatnya bangun..... Inilah badainya. Dari pertarungan dua arus angin ini badai akan terlahir, saat kedatangannya sudah menjelang. Kini angin dari atas sedang berkuasa, dan angin dari bawah sedang berhembus....Inilah ramalannya. Saat badai mereda, saat hujan dan api sekali lagi menyingkir pergi dari negeri yang damai ini, dunia tak bakal lagi berupa dunia namun sesuatu yang lebih baik.”
Dalam tulisan lainnya Marcos menyatakan :”Konon kabarnya saat Michelangelo mamahat patung Daud, ia harus bekerja menggunakan bongkahan keramik ”bekas” yang telah berlubang-lubang di dalamnya. Hanya karena talentanya yang luar biasalah ia mampu menciptakan sosok yang bisa mengatasi kekurangan tersebut. Dunia yang ingin kita ubah telah tergarap oleh sejarah dan berlubang besar. Tidak bisa tidak, kita harus cukup inventif dalam mengubahnya dan membangun sebuah dunia baru. Jaga dirimu; dan jangan lupa bahwa gagasan juga merupakan senjata”.
Entah kenapa saya jadi teringat Jiminy Cricket (jangkrik bijak sahabat Pinokio), yang berujar ’mimpi adalah harapan yang dibuat oleh hati anda’. Demikian juga Walt Disney yang melegenda itu, dia menjelaskan keberhasilannya dengan empat kata Dream, Believe, Dare dan Do. ”Saya bermimpi, saya menguji mimpi saya dengan keyakinan saya, saya berani mengambil resiko, dan melaksanakan visi saya untuk membuat mimpi-mimpi tersebut menjadi kenyataan” Almarhun Walt ditahun 1954 juga pernah mengatakan ”Satu-satunya harapan saya adalah kita tidak pernah melupakan satu hal..... bahwa semua ini dimulai dari seekor tikus.”
Bila Pinokio punya sahabat Jiminy Cricket (jangkrik bijak itu), dalam dongeng, metafora, dialog reflektifnya Marcos juga punya sahabat bernama Don Durito ’seekor kumbang-ksatria-intelektual gabungan dari Don Quixote, Sherlock Holmes, Raja Arthur, bajak laut si janggut merah dan kritikus anti kapitalis pelahap karya-karya Umberto Eco’ (Ronny Agustinus 2005).
SalamKwik kwek kwak
Andreas Iswinarto
Imagine! Let’s dance togetherDream, Believe, Dare dan Do.
RAKYAT Kuasa.
Merdeka NEGERIKU 100%
Hijau BUMIKU
Untuk Seri 8 Artikel Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru…..
Silah klik dibawah ini
Let’s Jazz Together? (Bag 1)
Donal Bebek, Wiji Thukul, Subcomandante Marcos Titik Koma Zapatista, PRD dan Walt Disney (bag2)
Keajaiban Persaudaraan Para Kodok (bag 3)
Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata.... (bag 4)
Lao Tzu, de Mello dan Boneka Garam..............(bag 5)
Senjata Adalah Warna. Lalu Warna Adalah Senjata Juakah? (Bag 6)
....bahwa Semua Ini Dimulai Dari Seekor Tikus (7)
Jalan Baru, Jalan Pembebasan (8)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar