Tolak PLTN! : PLTN? Celoteh Emoh PLTN (1)
Tak banyak masyarakat -- bahkan para profesor di negeri ini -- yang mampu memahami bahwa risiko PLTN adalah nol persen, seperti yang pernah dilantunkan seorang "tokoh". Mungkin tokoh tersebut memiliki kepandaian luar biasa sehingga hanya dia yang mampu memahami penalaran jenius di baliknya. Selebihnya adalah para pengikut yang bertingkah seolah memahami, padahal penggembira saja.
Barangkali dengan penalaran yang bodoh ini, saya mencoba membangun hipotesis apakah yang dimaksud adalah PLTN buatan manusia di Westinghouse, General Electric, Mitsubishi atau Atomoc Energi of Canada Limited, atau pembangkit tenaga nuklir jenis lain. Pembangkit jenis lain itu saya duga adalah matahari (energi surya) sebagai sebuah sistem pembangkit tenaga nuklir raksasa. Karena proses reaksi nuklirnya terjadi di suatu tempat yang tidak terbayangkan jauhnya.
Namun marilah kita tinggalkan sejenak tebak manggis ini dan coba mencari tahu mengenai risiko kecelakaan PLTN buatan manusia.
Saya coba paparkan hasil analisis risiko PLTN yang paling optimistis dari sebuah tim insinyur yang dikomandani Norman Rasmussen. Tim ini menyimpulkan bahwa risiko kematian akibat musibah PLTN hanya sepertiga ratus juta per tahun per 100 stasiun pembangkit (Pembangunan PLTN: Demi Kemajuan Peradaban?, Yayasan Obor Indonesia, 1996, lihat tulisan Liek Wilarjo).
Apakah hasil riset tim ini realistis? Tidak. Sebab, hasil riset kelompok ini -- yang diserahkan kepada Komisi Pengawas Nuklir Amerika Serikat – dikuburkan pada 19 Januari 1979. Maka genaplah dengan terjadinya musibah PLTN di Three Mile Island dan Chernobyl yang mengenaskan, yang kemudian meluluhlantakkan semua analisis risiko kecelakaan PLTN yang pernah dilakukan.
Jadi yang dimaksud oleh pelantun di atas ternyata bukan PLTN bikinan manusia, melainkan pembangkit tenaga matahari. Lantas Batan dan kelompok pro-PLTN ternyata salah memahami pernyataan risiko PLTN nol persen?
andreas iswinarto
8 seri celoteh emoh pltn :
Resiko Nol Persen : PLTN atawa PLTS (1)
Energi Tinja vs Fisi Nuklir (2)
PLTN : Monumen Kediktatoran Teknologi (3)
PLTN adalah Kanker Keberlanjutan Kehidupan (4)
Rasionalitas (Irasionalitas) Iptek Nuklir (5).
PLTN dan Referendum Di Negara Utara (6)
PLTN dan Keprihatinan Eko-Feminis (7)
PLTN dan Beban Ekonomi Negara (8)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar