Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru....(bag. 3)
Kisah dibawah ini dikirim seorang sahabat dari Aceh,
Budi Arianto.
”Bethoveen barangkali mampu melejidkan kecerdasan
emosi dan spiritualnya, sehingga mampu membuat karya
yang luar biasa. Mesti ia tak pernah mendengar tapi
merasakan. Tapi aku tidak tahu kecerdasan apa yang
dimiliki sang kodok. Begini ceritanya, Suatu kali ada
dua ekor kodok yang jatuh ke dalam sumur. melihat ada
dua ekor kodok yang jatuh maka para kolega kodok pun
mengitari sumur. para kodok itu memberi komentar
bermacam-macam. Ada yang berteriak memaki-maki dan
membodohkan kodok yang jatuh. ada yang memberikan
nada pesimis dan meminta agar kodok yang jatuh pasrah
saja tinggal menunggu ajal.tapi ada pula para kodok
yang memberi semangat terus-menerus. Tapi lebih banyak
yang teriak pesimis dan merendahkan kemampuan mereka
(2
Kodok yang jatuh).
Mendengar teriakan yang melecehkan salah seekor kodok
kemudian lemas dan mulai enggan berusaha untuk keluar
dari lubang sumur, semakin lama semakin lemas.
akhirnya hanya diam saja. Sementara kodok yang satunya
semakin berusaha keras untuk keluar dari sumur. nada
meremehkan pun semakin
ramai, si pemberi semangat semakin redup, tenggelam.
Namun tak begitu dengan kodok yang satu ini semakin
keras berusaha untuk keluar dari lubang sumur.
Akhirnya dengan segala kemampuannya kodok yang satu
ini dengan loncatan yang tak terduga mampu keluar dari
lobang sumur. Para kolega kodok tentu terheran-heran,
bagaimana mungkin ia bisa keluar dari lubang sumur.
Para kolega dan hadirin kodok pun kemudian menyelidiki
bagaimana bisa sang kodok ini keluar. Ternyata setelah
diselidiki kodok ini dalam kondisi yang tuli, ia
tidak mendengar teriakan yang melecehkannya. ia hanya
melihat gerak mulut para kodok, dan barangkali ia
menganggap gerak mulut ini adalah teriakan pemberi
semangat. Jadi Semangat untuk terus berjuanglah yang
membuat kodok ini bisa keluar dari lubang sumur.”
Begitulah......
Menurut saya ini adalah soal kekuatan berpikir
positif, bahkan keajaiban berpikir positif. Baik para
kodok yang tercemplung di sumur, maupun para kodok
yang tidak kecemplung. Bila kodok yang tidak
kecemplung dan yang kecemplung semua berpikiran
positif maka peluang selamat kedua kodok sangat besar.
Tapi masalahnya dominasi berpikir negatif, defisit,
telah tertanam jauh sejak masa kita kanak-kanak. Walau
bukan tidak ada cara mengatasi, membongkarnya dan
re-code DNAnya kembali.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Jack Canfield yang
melibatkan 100 anak. Tugas periset adalah mencatat
berapa banyak komentar positif dan negatif yang
diterima atau didengar seorang anak perhari.
Mengejutkan setiap anak rata-rata menerima 460
komentar negatif dan hanya 75 komentar positif atau
yang bersifat mendukung. Komentar negatif 6 kali lebih
banyak dibandingkan komentar positif. Lanjutnya umpan
balik negatif yang kontinu ini sangat berbahaya.
Setelah beberapa tahun bersekolah kemandegan belajar
(mogok belajar) yang sesungguhnya benar-benar terjadi.
Saat lulus dari sekolah dasar, kata belajar itu
sendiri bisa membuat murid merasa tegang dan terbebani
(Quantum Learning, Kaifa 1999).
Inilah menurut saya bahaya laten penyemaian benih
karakter generasi yang mudah putus asa, mandeg, teler
dan tidak dinamis, tidak inovatif dan tidak kreatif
Ini memang contoh di luar negeri, tetapi pengalaman
saya sebagai anak Indonesia baik di sekolah maupun di
rumah menunjukkan hal serupa. Saya kuatir ini juga
pengalaman saya di intitusi gerakan tempat saya
bersekolah dan sekolah pergerakan kita pada umumnya.
Mari kita tengok kekuatan berpikir positif dari
beberapa riset lain.
Pertama, Placebo effect : Jika sekelompok orang dengan
kondisi kesehatan yang sama, sebagian diberi obat asli
dan sebagian diberi obat semu, peminum obat semu dapat
memberi efek yang sama asalkan mereka diberitahu
khasiat obat yang asli (untuk yang kecemplung sumur).
Kedua, Pygmalion effect : Ada dua kelas yang muridnya
dipilih dengan inteligensi yang sama. Tetapi salah
satu kelas dikatakan IQnya lebih tinggi kepada tim
pengajar kedua kelas. Hasilnya adalah kelas yang
diinformasikan sebagai kelas ’berIQ tinggi” telah
menjadikan prestasi yang lebih baik. Apresiasi para
pengajar terhadap kelas ”BerIQ tinggi” telah
menjadikan prestasi lebih baik dari murid-murid yang
sebenarnya mempunyai potensi yang setara (dari
Appreciative Inquiry, The Jakarta Consulting Group)
(untuk yang tidak kecemplung sumur)
Akhir kata ikuti cerita menarik dibawah ini :
Pada tahun 1794, seorang anak lelaki kecil berusia 9
tahun menjalani operasi untuk mengangkat tumor yang
dideritanya. Bayangkan kala itu belum ada teknologi
pengurangan rasa sakit dan pembiusan. Namun demikian
operasi itu berjalan sukses, dan anak lelaki itu
mengaku tidak merasa sakit sedikit pun. Apa
rahasianya?
Ternyata sepanjang operasi tersebut dia didongengi
sebuah cerita yang amat memikat. Hati dan pikirannya
yang begitu hanyut, mampu mengalihkannya dari rasa
sakit sepanjang operasi berlangsung.
Delapan belasan tahun kemudian lelaki yang sama
menyerahkan buku karangannya kepada seorang penerbit.
Lelaki itu bernama Jacob Grimm dan judul bukunya
adalah Putri Salju yang termasyur itu. Sepanjang sisa
hidupnya ia menjadi master dongeng. (101 KISAH YANG
MEMBERDAYAKAN, George Burns, Kaifa 2004). Yakin,
dongeng ini pernah kawan-kawan semua resapi dan hayati
di masa kanak-kanak.
Syukurlah manusia itu unik, luar biasa dan ajaib.
Ini cerita pribadi, saya punya seorang sahabat (sudah
seperti saudara), seorang yang merasa dirinya kodok.
Maka kami menyebut diri kami kodok bersaudara.
Mari semaikan terus persaudaraan para kodok,
persaudaraan kaum pergerakan..................
Salam
Wrog wrog Ketebum Wrog wrog Ketebung
andreas iswinarto
Imagine! Let’s dance together
Dream, Believe, Dare dan Do.
RAKYAT Kuasa.
Merdeka NEGERIKU 100%
Hijau BUMIKU
Untuk Seri 8 Artikel Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru…..
Silah klik dibawah ini
Let’s Jazz Together? (Bag 1)
Donal Bebek, Wiji Thukul, Subcomandante Marcos Titik Koma Zapatista, PRD dan Walt Disney (bag 2)
Keajaiban Persaudaraan Para Kodok (bag 3)
Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata.... (bag 4)
Lao Tzu, de Mello dan Boneka Garam..............(bag 5)
Senjata Adalah Warna. Lalu Warna Adalah Senjata Juakah? (Bag 6)
....bahwa Semua Ini Dimulai Dari Seekor Tikus (7)
Jalan Baru, Jalan Pembebasan (8)
Selasa, 08 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koleksi Galeri Rupa Kerja Pembebasan
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
E-Book Bumi, Air dan Kekayaan Alam Dikuasi Siapa?
Setengah Abad UUPA 1960: Tahun Emas Perjuangan Rakyat Tani; Laksanakan Pembaruan Agraria Sejati
E-Book : Matahari Baru di Setiap Hari Baru
untuk (mengeja keteladanan) MUNIR, WIJI THUKUL, MARSINAH dan semua sahabat rakyat itu (jadi doa)
E-Book : Aksi Diam Kamisan di Depan Istana Negara
E-Book : Songsong Proklamasi Kebangkitan Rakyat Indonesia
E-Book : Jelang Detik-detik Proklamasi – Ilalang dan Jerami Kering di Pekarangan Istana Buto
E-Book : Everyday is Earth Day! Lawan Keserakahan Untuk Masa Depan Anak-Cucu Kita
E-Book : Rumput-rumput Paku pada Wajah Bapak Ibu Tani
E-Book : Palu Besi atau Paku-paku Besi di Tubuh Kaum Buruh
E-Book : Panen Raya (milik sendiri) di Kampung Adat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar