RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Rabu, 09 Januari 2008

Senjata Adalah Warna. Lalu Warna Adalah Senjata Juakah?

Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru.......(6)




”KATA ADALAH SENJATA” Subcomandante Marcos, begitu
kutulis besar-besar di kertas HVS. Dan “WARNA ADALAH
SENJATA” juakah bung Durito? celetuk Donal Bebek.

Donal bebek bilang bung anda terlalu berpandangan
sempit dan picik, memandang masalah dan persoalan
secara hitam putih. Artinya anda berpandangan dan
berpikir seperti gladiator, hidup atau mati. Bisa juga
seperti pedagang/kapitalis untung atau buntung, atau
seperti penjudi menang atau kalah. Atau seperti
penghakiman ............, surga atau neraka..

Aku tak terlalu lama-lama memikirkan kritikannya,
karena aku langsung melamun tentang mimpi atau dream
yang yang dikatakan Subcomandante Marcos atau Walts
Disney. Mimpiku sebagai bunga tidur, kok seperti
televisi hitam putih ya? Donal Bebek menjitak
kepalaku. ”Beda bung. Mimpi yang BW (black & white)
itu adalah kerja alam bawah sadar. Tapi mimpi yang
dimaksud adalah mimpi sebagai kerja alam sadar,
diantaranya dengan mengaktifkan potensi pikiran-otak
(mind) dan potensi hati (heart)”. ”Hmm begitukah,
jadi mimpi yang ini ngak BW ya tapi warna-warni”
gumamku.

Jua, sekelompok fasilitator menggunakan warna ini
sebagai stimulus proses belajar (dan nampaknya cukup
berhasil), mereka pasti punya persediaan banyak kertas
post it yang warna-warni, spidol warna-warni, ataupun
biasanya memasang back drop panggung berupa gambar
yang full color.

Kantor Sekretariat Nasional Walhi (kebetulan saya pernah
bersekolah disini) sekarang juga punya tampilan beda,
kalau dulu tampilannya konvensional dengan cat tembok
warna standar, sekarang colorfull lho. Ada oranye
ngejreng, hijo ngejreng, biru, kuning........ Apakah
warna-warni ini menunjukkan pikiran dan hati terbuka
untuk keragaman gerakan sosial, keragaman pikiran dan
keunikan setiap individu, kesediaan berendah hati
untuk terus belajar-bebenah. Jadi jazzykah?

Dari sudut ideologi atau bisa pula kecendrungan
pemikiran, warna hitam biasanya digunakan untuk
kecendrungan anarko, merah itu untuk kiri (sosialis),
dan hijau konon untuk gerakan environmentalis,
ekologi. Setahuku feminis dan gerakan perempuan juga
punya warna ungu untuk menunjukkan identitasnya.
Uniknya tidak ada identifikasi warna untuk
orang-orang berada disisi neo-liberalisme dan
pendukung habis kapitalisme. Tanya kenapa?

Saya ingat dalam beberapa kali obrolan, buah semangka
menjadi pusat perhatian.. Bukan semangka berdaun
sirih, tepatnya soal bahaya semangka hasil rekayasa
genetik tapi merujuk kepada hal lain. Setahuku
semangka berkulit hijau dan buahnya merah (tapi ada
juga sih yang berbuah kuning, tapi itu tidak dibahas).
Tapi aku bisa tambahkan juga bahwa bijinya berwarna
hitam. Sekalian saja mari kita bungkus buah semangka
ini dengan kertas kado berwarna ungu.

Anda ingat lagu anak-anak balonku. ”Balonku ada lima,
rupa-rupanya warnanya/Merah kuning kelabu merah muda
dan biru/meletus balon hijau dor/hatiku sangat kacau”.
Atau coba simak catatan kaki dongeng Riwayat Warna
dibawah ini. Nb. Kelabu. Hijau itu melukai seakan-akan
ia ingin berubah merah.

Pertanyaan usilnya buah semangka, balonku dan catatan
kaki itu tentang gerakan kitakah?

Mari kita liat dongengan Subcomandante Marcos untuk
menyambut Convencion Nacional Democratica (Konvensi
Nasional Demokratis) yang digagas oleh EZLN Tentara
Pembebasan Nasional Zapatista.CND menjadi ”seruan
kolektif untuk memperjuangkan apa yang menjadi milik
kita, hak-hak orang baik-baik ini, yakni tempat kita
di dalam sejarah”, kemudian terselenggara dengan
dihadiri lebih kurang 6000 orang dari seluruh dunia
untuk berdialog dengan Kaum Zapatista.

....................

RIWAYAT WARNA


Pak Tua Antonio menunjuk seekor kakatua yang terbang
melintasi sore. ”Lihat,” katanya.Kulihat warna-warni
menyala itu menentang latar kelabu badai yang
mengabarkan kedatangan dirina. ”Mustahil rasanya
begitu banyak warna datang dari cuma satu ekor
burung,” kataku sambil menggapai puncak bukit. Pak Tua
Antonio duduk di ceruk kecil yang bersih dari lumpur
di jalur utama. Ia mengambil nafas sambil melinting
rokok baru. Beberapa langkah ke depan, aku sadar
ternyata ia masih tetap disitu. Aku kembali lalu duduk
disampingnya. ”Menurutmu kita bakal sampai di kota
sebelum hujan?” tanyaku sambil menyalakan api. Pak Tua
Antonio sepertinya tidak mendengar. Sekarang
sekumpulan toucan menarik perhatiannya. Ditangannya,
rokok menunggu nyala api melukis asap perlahan-lahan.
Ia berdehem-dehem, menyalakan rokok dan duduk senyaman
mungkin, lalu perlahan memulai.

”Kakatua tidak senantiasa seperti itu. Ia dulu hampir
tak berwarna. Bulunya pendek-pendek, mirip ayam basah
kuyup. Salah satu diantara begitu banyak burung yang
tak seorang pun tahu bagaimana mereka bisa sampai ke
dunia, sebab para dewa pun tak tahu siapa yang
mencipta mereka atau bagaimana mereka diciptakan. Ada
begitu saja. Para dewa membangunkan malam dan berkata
kepada siang ”cukup disini dulu”, maka orang-orang
lelaki dan perempuan pun pergi tidur dan bercinta –
cara yang indah untuk membuatmu capek agar pulas
terlelap. Dewa-dewa ini berkelahi, dewa-dewa ini
selalu berkelahi sebab mereka itu para petarung, bukan
seperti dewa-dewa pertama itu, tujuh dewa yang
melahirkan dunia, yang paling mula. Para dewa
berkelahi sebab dunia begitu membosankan cuma dengan
dua warna yang melukisinya. Dan kemarahan dewa itu ada
benarnya sebab Cuma ada dua warna di dunia: yang satu
hitam yang merajai malam dan satunya lagi putih yang
menjalani siang, dan yang ketiga sama sekali tidak
bisa disebut warna, kelabu yang melukisi petang dan
subuh agar hitam dan putih tidak anjlok terlalu keras.
Namun selain gemar berkelahi, dewa-dewa ini juga penuh
pengetahuan. Dalam suatu rapat, mereka memutuskan
untuk membuat warna lebih panjang agar berjalan dan
bercinta jadi lebih menyenangkan bagi orang-orang
lelaki dan perempuan itu.
Salah satu dewa ini mulai berjalan untuk bisa
merenungkan pikirannya dalam-dalam dan ia berpikir
begitu keras sampai tidak melihat kemana langkahnya.
Ia tersandung batu sebesar ini dan kepalanya terantuk
lalu darahpun mengalir keluar dari sana. Dan dewa itu,
setelah mengaduhaduh sesaaat, ,menatap darahnya dan
melihat warna yang berbeda dari dua warna tadi, maka
ia pun lari ke tempat dewa-dewa lainnya dan
menunjukkan pada mereka warna baru itu dan mereka
menamainya ”merah”, maka warna ketiga lahirlah.
Kemudian, dewa yang lain lagi sedang mencari-cari
warna untuk melukisi harapan. Ia menemukannya sebentar
kemudian, ia pergi dan menunjukkannya pada sidang para
dewa, dan mereka namai warna ini ”hijau”, yang
keempat. Yang lain lagi mulai mengais-ngais bumi
begitu rupa. ”Kau sedang apa?” dewa-dewa lain bertanya
padanya. ”Mencari jantung bumi,” jawabnya sambil
melempar lumpur ke sembarang tempat. Tak lama kemudian
ia temukan jantung bumi dan menunjukkannya pada para
dewa-dewa lainnya, dan mereka namai warna kelima ini
”coklat”. Dewa yang lainnya pergi setinggi yang ia
bisa. ”Aku ingin tahu warna dunia,” katanya, dan ia
mendaki dan terus mendaki sampai jauh ke atas sana.
Saat tiba nun jauh disana , ia memandang kebawah dan
melihat dunia, tapi ia tidak tahu bagaimana membawanya
turun ke tempat para dewa, maka ia terus menatapnya
sampai sekian lama, sampai ia buta, sebab kini warna
dunialah yang menempel dimatanya. ”Kubawa warna dunia
di mataku.,” dan mereka menyebut yang keenam itu
”biru”. Dewa yang lain sedang mencari-cari warna saat
ia dengar seorang anak tertawa, dan dengan hati-hati
ia pun mendekat. Ketika anak itu lengah ia curi
senyumnya dan membuatnya menangis. Konon tiu sebabnya
anak kecil bisa mendadak tertawa mendadak menangis.
Dewa itu membawa tawa anak itu dan mereka namai warna
ketujuh itu ”kuning”. Sampai disitu para dewa
kelelahan dan pergi makan pozol lalu tertidur. Mereka
tinggalkan warna tadi dalam kotak kecil yang dilempar
ke bawah pohon kapuk.

Tapi kotak kecil itu tidak tertutup rapat dan
warna-waran pun menyebar keluar dengan riang gembira
bermain-main dan bercinta, lalu warna-warna baru yang
berbeda-beda bermunculan. Pohon kapuk itu melihatnya.
Ia tudungi mereka semua agar hujan tidak melibas aneka
warna tersebut. Dan ketika para dewa tiba disana yang
ada bukan Cuma tujuh warna namaun banyak sekali, dan
mereka memandang pohon kapuk itu lalu berucap, ”Kau
lahirkan warna-warna, kau asuh bumi ini sehingga dari
kepalamulah kami akan melukisi dunia”.

Mereka pun memanjat sampai ke pucuk pohon kapuk dan
dari sana mereka melemparkan warna seenaknya saja.
Biru mendarat sebagian di langit sebagian di laut,
hijau menjatuhi bumi, dan kuning-yang dulunya tawa
seorang anak-terbang jauh melukisi matahari. Merah
mendarat di mulut oarang dan binatang dan mereka pun
memakannya sampai segal sesuatu di dalam diri mereka
berwarna merah. Hitam dan putih sudah ada di dunia.
Sungguh kacau balau waktu itu ketika para dewa
melempar-lempar warna, , mereka bahkan tak melihat ke
arah mana mereka lempar, dan beberapa warna terpercik
di tubuh orang-orang dan itu sebabnya orang punya
warna berbeda-beda dan pikiran berbeda-beda (suku,
agama, ras juga kan. cat saya)

Sejenak kemudian para dewa itu lelah dan ingin kembali
tidur. Dewa-dewa ini, yang bukan dewa-dewa pertama
yang melahirkan dunia, Cuma ingin tidur. Maka, agar
tidak lupa dan kehilangan warna-warna itu, mereka
mencari cara menyimpannya. Dan saat mereka renungkan
dalam hati bagaimana melakukannya, seketika itulah
mereka lihat seekor kakaktua. Mereka renggut ia dan
menaruh semua warna disana. Mereka buat bulu-bulunya
lebih panjang agar semua warna bisa masuk. Begitulah
mulanya kakatua mendapat warna dan seperti itulah ia
jadinya, agar orang-orang lelaki dan perempuan tidak
lupa bahwa ada banyak warna dan banyak pikiran di
dunia ini, agar dunia gembira saat semua warna dan
semua pikiran punya tempatnya sendiri-sendiri.

.............................

Nb. Kelabu. Hijau itu melukai seakan-akan ia ingin
berubah merah.


Cukup sekian untuk sekarang.
Demi kesehatan dan semoga semua warna bersinar dalam
CND
(dikutip dari Bayang Tak Berwajah, Ronny Augustinus,
Insist 2003)


You make my world so colourfull.........


Untuk Seri 8 Artikel Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru…..
Silah klik dibawah ini

Let’s Jazz Together? (Bag 1)

Donal Bebek, Wiji Thukul, Subcomandante Marcos Titik Koma Zapatista, PRD dan Walt Disney (bag 2)

Keajaiban Persaudaraan Para Kodok (bag 3)

Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata.... (bag 4)

Lao Tzu, de Mello dan Boneka Garam..............(bag 5)

Senjata Adalah Warna. Lalu Warna Adalah Senjata Juakah? (Bag 6)

....bahwa Semua Ini Dimulai Dari Seekor Tikus (7)

Jalan Baru, Jalan Pembebasan (8)

Tidak ada komentar: