RECLAIM the CITY

RECLAIM the CITY
20 DETIK SAJA SOBAT! Mohon dukungan waktu anda untuk mengunjungi page ini & menjempolinya. Dengan demikian anda tlh turut menyebarkan kampanye 1000 karya rupa selama setahun u. memajukan demokrasi, HAM, keadilan melalui page ini. Anda pun dpt men-tag, men-share, merekomendasikan page ini kepada kawan anda. salam pembebasan silah klik Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit (kerja.pembebasan)

Selasa, 08 Januari 2008

Let's Jazz Together

Let’s Jazz Together?
Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru....(bag. 1)

Soal bagaimana menciptakan orkestrasi yang asyik ditengah kemandegan dan fragmentasi gerakan sosial, kok saya beberapa waktu lalu dapat inspirasi dari musik jazz.


Berbeda dengan musik klasik, ada dirigen, partitur, pemain musik yang tertib di tempatnya masing, segudang pakem-pakem musik klasik, maka didalam musik jazz kebebasan, kreatifitas, keliaran, kejutan merupakan nafas dan jiwa musiknya. Ada saxophone, flute, drum, perkusi, bass gitar, piano yang masing-masing berdaulat penuh.


Disatu sisi ada keliaran, tapi segala keliaran tetapmenghasilkan harmoni yang asyik. Kebebasan dan keliaran tiap musisi, patuh pada satu kesepakatan, saling menghargai kebebasan dan keliaran masing-masingmusisi sekaligus menemukan harmoni dan mencapai tujuannya, yakni kepuasan diri musisinya dan kepuasan pendengarnya.




Jadi selain kebebasan juga ada semangat saling memberi ruang dan kebebasan, saling memberi kesempatan tiap musisi mengembangkan keliarannya (improvisasi) meraih performance terbaik. Keinginan saling mendukung, berdialog, bercumbu bukan saling mendominasi, memarginalisasikan dan mengabaikan.


Seringkali saat bermusik ada momen-momen ketika seorang musisi diberikan kesempatan untuk tampilkedepan untuk menampilkan performance sehebat-hebatnya, sedangkan musisi lain agakmenurunkan tensi permainannya.


Misalnya AgustianaPetani pada drum, bak buk bak buk cess setak setak dukduk duk. Emil Kleden Masyarakat Adat pada bass betot,dum dum dum dum dem dem dum, Sastro Buruh pada saxophone, tetet toet-toet, Alien Perempuan pada guitar creng creng tiiiiiungggggggg, Wardah MiskinKota pada flute tuit tuit seruling bambu dan ChalidHijau pada tambur


tung-tung tung sarimin pergi ke pasar
tung-tung tung bapak dan ibu tani pergi ke pasar
tung-tung tung kaum buruh pergi ke pasar.
tung-tung-tung feminis pergi kepasar
tung-tung-tung masyarakat adat pergi kepasar


Tapi anda tentunya tau gitar tetap gitar, tambur tetaptambur, piano tetap piano. Namun demikian dialog antar musisi dilakukan juga dengan cara musisi piano memainkan cengkok saxophone, musisi perkusi memainkan cengkok bass betot. OHOOOOOOOOO guyub dan elok nian.


Lepas dari jiwa musik jazz yang saya sampaikansebelumnya tetap saja ada juga yang 'memimpin', pusatgagasan dan inspirasi tentunya dengan kerelaan memberi tempat kepemimpinan dari semua musisi. Bisa dalambentuk beberapa person/lembaga maupun kolektifitas.


Misalnya dalam grup Chakakan bahwa vocalisnya Chahakan adalah inspirator utama grup ini. Apa yang menarikdari vokalis Chahakan ini adalah dia yang menjadi inspirator, penulis lagu dan partitur dasar musiknya,selain itu improvisasi, keliaran dan kekuatan vokalnya menebarkan energi , menyetrum dan meledakkan potensi musisi pendukungnya.


Tapi model kepemimpinannya bukan seperti dirigen dalam musik klasik yang menjaga kepatuhan dan disiplin tanpareserve, tetapi lebih menjadi penjaga semangat (nilai-nilai, atau bahkan cita-cita kolektif), memberiruang bagi setiap musisi untuk pengayaan gagasan danproses yang dinamis. Baik ketika mematerialkan gagasan maupun ketika berproses di panggung atau di studio rekaman. Tidak memaksakan pola yang baku dan beku, tetapi sangat dinamis dan fleksibel.


Setiap penampilanmereka di panggung adalah penemuan cengkok-cengkok baru, nyaris sebenarnya setiap performance selalu baru. Tidak ada penampilan yang persis sama. Tetapi tetap mereka dipandu tujuan yang sama memuaskan kebutuhan masing-masing musisi dan pendengarnya,menggerakan dan merubah pendengarnya (masyarakat luas)


Yang menarik juga dari jazz ini adalah sifatnya yangterbuka, open mind, open heart. Waljinah, master penyanyi keroncong dengan lagu walang kekeknya, ataulagu bengawan solonya gesang, atau darah juang lagu perlawanan itu, ravi shankar dengan sitar, rebab dan spirit indianya, atau bahkan internasionale dan maju tak gentar, atau imaginenya john lennon, atau reportoar klasik bach, bahkan dangdut pun, bahkan lagu-lagu spiritual bisa diakomodir oleh musisi jazz dan jadi jazzy.


Itulah karakter kepemimpinan yang asyik, kepemimpinan yang berkarakter kepemimpinan spiritual, menjaga danmenyalakan spirit/semangat/ nilai-nilai/ garis perjuangan, menyeimbangkan dan mencapai harmoni musik.


Selain itu kepemimpinan ini harus bisa fleksibel dalampengayaan pilihan-pilihan pendekatan, bisa menawarkannuansa keroncong, dangdut, gending, samba, regge,rock, gambus, pop, klasik dalam bermusik jazz. Ataumemberi peluang atau kesempatan satu musisi atau alat musik leading, maju kedepan dan yang lainnyamemperkaya di latar belakang. Lepas dari itu bukan berarti saya lebih mencintai jazz, dibanding klasik, new age atau dangdut, tetapiini lebih kepada menemukan analogi dan metafora.


Marilah kita gunakan analogi, metafora untukbercermin, refleksi, jangan pake pendekatan baku melulu dan itu-itu juga. Karena sering kali sampai berbusa-busapun agak sulit kalo pake pasal-pasal teori-teori saja untuk menyentuh, merubah, tapi gunakan metafora dan komunikasi lain agar bisa lebih mudah menyentuh hati dan pikiran orang. Karena dengan gaya-gaya konvensional, kadang sulit mendorongperubahan. Walau aku agak sok tahu ttg jazz, wong barubelajar kok. Atau menikmati musik jazz dengan lebih sadar, bukan ikut mode dan termakan promosinya PeterGonta untuk hajatan java jazznya. Jangan dulu mendebat, coba nikmati dulu lekak lekukcengkok musik jazz dengan empati en than let’s dance together.



Dimanakah kau pemimpin sejati kaum pergerakan?



Salam Kasih
andreas iswinarto

Tet tet teooooot teot spap spap sewiwir bum stubidubidudamdam




Imagine! Let’s dance together

Dream, Believe, Dare dan Do.

Seri Artikel Mimpi Orkestrasi Pergerakan yang Apik, Mimpi Indonesia Baru…..

Let’s Jazz Together? (Bag 1)

Donal Bebek, Wiji Thukul, Subcomandante Marcos Titik Koma Zapatista, PRD dan Walt Disney (bag2)

Keajaiban Persaudaraan Para Kodok (bag 3)

Mengapa tawa dan tangis, bisa lahirkan air mata.... (bag 4)

Lao Tzu, de Mello dan Boneka Garam..............(bag 5)

Senjata Adalah Warna. Lalu Warna Adalah Senjata Juakah? (Bag 6)

....bahwa Semua Ini Dimulai Dari Seekor Tikus (7)

Jalan Baru, Jalan Pembebasan (8)

Tidak ada komentar: